Mahasiswa Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang melakukan intervensi berupa pembuatan menu PMT implementasi dari pembuatan buku kumpulan menu pendamping ASI untuk balita usia 6-12 bulan di Posyandu Tunas Harapan RW 11, Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang (12/10/2024).
Sekelompok mahasiswa program studi kesehatan masyarakat Universitas Negeri Semarang (UNNES) Â dalam kegiatan baktinya membuat sebuah program berbasis masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Bermitra dengan masyarakat pesisir Kota Semarang, tepatnya di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran ini melakukan upaya penanggulangan dan pencehagan wasting atau gizi kurang di wilayah RW 11, Tanjung Mas, Kota Semarang.Â
Dengan salah satu programnya; pembuatan makanan pendamping ASI yang diperuntukkan balita usia 6-12 bulan, pembuatan produk MP-ASI menjadi sebuah terobosan untuk memberikan nutrisi pendamping ASI yang bernilai gizi seimbang dengan kebutuhan balita karena malnutrisi masih menjadi salah satu problematika faktor wasting di daerah tersebut.
Pelaksanaan program yang tidak serta merta diusung begitu saja, tetapi didampingi oleh pihak terkait seperti arahan dari pihak kelurahan, pertimbangan permasalahan kesehatan di lingkungan masyarakat setempat melalui kegiatan Survei Mawas Diri yang dilakukan setahun sekali, menunjukkan bahwa permasalahan kekurangan gizi pada usia anak-anak masih ada di daerah tersebut, salah satunya kondisi malnutrisi: wasting.
Atas izin melangsungkan program penanggulangan wasting dan bersama dengan pihak terkait seperti organisasi masyarakat seperti Forum Kesehatan Keluarga, Kader posyandu, dan pengurus Kelompok Wanita Tani yang membersamai, mengarahkan, dan berdiskusi untuk menemukan pemecahan masalah yang dapat dicapai dalam rentang masa program, sehingga pemilihan program penanggulangan wasting dengan pendekatan peningkatan kualitas pemberian menu PMT pada balita dapat menjadi salah satu jalan keluar.
Permasalahan terkait pemberian PMT pada pos-pos pelayanan terpadu kadang kala kurang memeprhatikan imbauan Dinas Kesehatan kota di bawah pengarahan pusat dinas kesehatan kota menyebabkan pemberian menu PMT pada balita kurang sesuai terlebih tidak memperhatikan gizi yang terkandung dalam setiap menunya.
Dalam suatu wawancara dengan salah satu kader posyandu RW 11, Kelurahan Tanjung Mas, Suyatmi mengatakan: "Ya, terkadang kita sudah menuruti menu sesuai dengan resep dari puskesmas atau dinas kesehatan. Bikin menu yang sehat, malah terlihat gak menarik di mata anak-anak. Misal telur rebus, anak-anak gak mau makan yang ada kadang dimakan sama orang tuanya. Jadi, untuk menu PMT di posyandu yang penting ada. Kadang gak sesuai dengan resep dinkes."
Sebagai pemecahannya, mahasiswa berkreativitas membuat kumpulan menu PMT yang menarik secara tampilan, tapi tidak mengesampingkan gizi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan buku tersebut dapat menjadi sarana inspirasi pembuatan menu PMT yang bervariasi secara nilai gizi, bahan, serta tampilan sehingga dapat disukai oleh anak-anak usia 6-12 bulan.