Halo, Guys! Aku tebak kalian pasti gak asing dengan dunia per-drakor-an, iya, kan?Â
Drakor alias drama korea atau K-drama yang satu ini dijamin bikin nangis bombai, Sob!
Kali ini aku mau menulis jalan cerita satu drakor yang cukup menguras air mata saat aku tonton. Bukan series, ya, btw. Jadi, bisa ditonton langsung kelar. Drakor yang satu ini bercerita tentang hubungan sepasang kakak beradik laki-laki yang saling gengsi yang susah banget, deh, buat ungkapin rasa sayangnya ke satu yang lainnya.Â
Gimana, nih, related kan? Kisahnya si kakak Go Du-Sik yang diperankan oleh Cho Jung-Seok dan adik Go Du-Young yang diperankah oleh Doh Kyung-Soo alias D.O. berhasil membikin penontonnya terhibur dengan scenes jenaka sekaligus sedih yang berpadu dan mengaduk-aduk perasaan.
Kalau bisa dibilang hubungan antara Go Du-Sik dan Go Du-Young ini dapat relate dengan hubungan kakak beradik di seluruh dunia yang saling merasa gengsi alias susah ungkapin rasa sayang ke saudara kandung sendiri, apalagi nih buat yang punya kakak atau adik cowok dan tinggal serumah. Emang boleh, yah, gengsinya segede itu?
Okey, film ini bermula saat sang kakak yang keluar dari penjara dengan mengajukan bebas bersyarat karena mendapat kabar bahwa adiknya yang seorang atlet Judo yang mengalami cedera syaraf optik saat pertandingan hingga ia harus mengalami kebutaan permanen. Permintaan bebas bersayarat yang diajukan Go Du-Sik  dikabullkan dan ia kembali ke rumah masa kecilnya dengan alasan akan merawat adiknya yang dianggapnya "cacat".Â
Pada awalnya, kehadiran sang kakak tidak berpengaruh apapun pada sang adik yang sudah dinyatakan buta dan si adik yang merasa sudah terlanjur kehilangan kesempatan, semangat, dan harapan untuk menjadi atlet Judo hebat dan mengharumkan nama bangsanya. Dia merasa pupus harapan memperoleh medali emas di ajang olimpiade yang membawa harum nama negaranya di kancah dunia.
Pun begitu juga dengan sang kakak yang pada awalnya merasa tak berbelas kasihan sama sekali kepada sang adik; ia pikir si adik sudah dewasa dan dapat mengatasi masalahnya sendiri dengan bersikap dewasa menerima kenyataan yang harus diterimanya saat ini dengan kondisi kebutaannya.
Konflik awal bermula saat sang adik sedang pesimis dengan keadaannya, sang kakak malah mengambil kesempatan dengan memanfaatkan tabungan sang adik untuk keperluan pribadinya hingga segala cara dilakukan termasuk bersikap baik demi mendapatkan stempel untuk mencairkan uang tunjangan milik sang adik yang berjumlah fantastis. Waduh, parah nih si kakak. Kalau kata Bang Haji Rhoma Irama, "Sungguh, terlalu...." hehe.
Namun, di balik semua itu rupanya sang kakak memiliki kepedulian yang besar. Ia sesekali menawarkan sang adik untuk berkunjung ke suatu tempat yang mungkin ingin ia kunjungi atau apapun kemana pun yang diinginkan, termasuk ia mengabulkan permintaan si adik untuk mengunjungi persemayaman abu orang tuanya.