Sadar atau tidak, sengaja ataupun tanpa sadar, kita memiliki dan menggunakan barang-barang import imitasi. Mulai dari produk fashion hingga elektronik, warga Indonesia diserbu berbagai produk "KW" yang mayoritas diimport dari negeri tiongkok. Bagaimana dengan produk lokal? produk lokal masih harus susah payah untuk bertahan di pasar negeri sendiri. Mayoritas warga Indonesia masih lebih bangga menggunakan produk dengan merek dagang yang terkenal, walapun imitasi, daripada menggunakan produk asli buatan anak negeri. Total import tekstil dari China pada tahun 2012 sebesar Rp87,07 triliun (ipotnews.com), lalu bagaimana bisa produk lokal mendapat tempat dipasar nasional dengan serbuan berbagai produk dari China?. Besarnya nilai import ini disebabkan juga karena besarnya minat masyarakat untuk menggunakan produk-produk bermerek dengan harga yang murah. Jika produk fashion asli produksi eropa seharga 5000 euro, maka tiruan produk tersebut dapat dijual di Indonesia dengan harga di bawah Rp 100.000, tentu dengan kualitas jauh dibawah produk aslinya. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-produk lokal ini tentunya sangat mempengaruhi keadaan usaha kecil menengah di Indonesia. Produk-produk lokal sebenarnya memiliki kualitas yang dapat bersaing dipangsa pasar internasional, apalagi jika dibandingkan dengan produk-produk imitasi dari China, tentu kualitas produk lokal jauh lebih baik. Banyak produk lokal yang telah berhasil menembus pasar internasional, namun tidak sedikit pula berbagai usaha kecil menengah yang terpaksa tutup karena tidak mampu bersaing dengan produk-produk import. Sekarang terserah anda, apa masih menggunakan produk import imitasi atau mulai beralih keproduk lokal yang berkualitas dan memajukan perekonomian negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H