Sore itu saya dapat kiriman. Dibungkus plastik hitam tipis. Kami menyebutnya plastik jinjing. Pengirimnya seorang perempuan. Seorang teman menerima paket itu dari bis penumpang "Kasih Sayang". Sekilas kubaca nama pengirimnya. Ohhh nama itu yang buat hatiku selalu berdegub keras belakangan ini. Apapun tentangnya tidak ada nila, hanya putih. Semua cerita nampak indah, megah dan mekar di hati.
Di balik jinjing itu, diselipkan surat beramplop bunga dan kertas berhiaskan sulaman cap warna warni bunga. Tidak menyolok. Barangkali sengaja untuk menghindari sensor Rm Perfek yang super galak.
Dan kata-katanya pun bergelombang.....
"Saya titipkan kompiang ini untukmu. Ketika mengunyah tiap potongannya, ingatlah aku yang merindukan semua ceritamu. Kota dingin ini membuat rindu tidak tertiup debu, sepoi angin justru semakin menusuk tulang disayat sembilu rindu...Kota Dingin Ruteng, 3 Februari 1996)
Kompiang itu. Hanya potongan roti kering. Tapi dalam semilir angin senja, tiap potongannya beralih jadi roto paling enak yang pernah kurasa. Di sela tepungnya yang datar rasa, rindu menjadi bunga yang bikin hati tak henti bernyanyi.
Ohhhh cinta monyet. Betapa ingin hatiku kembali...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H