Senyum, apalagi tertawa lebar adalah simbol sukacita. Ketawa ngakak selalu merupakan perayaan yang menyenangkan. Lantas, bagaimana maknanya, ketika senyuman itu meluber luap saat seorang ketahuan tertangkap tangan karena korupsi alias kepergok. Kriminal, bukankah seharusnya tidak dirayakan ?
Kasus korupsi Indonesia, sungguh premis terbalik. Perayaan korupsi nampak pada sunggingan senyum para tersangka. Segera sesudah rompi kuning dikenakan, saat itu pula senyum ditebar. Entahlah ini gejala apa.
Bupati Buton, Samsu Umar mangap lebar-lebar usai ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan KPK. Dia disangka dengan dugaan terlibat kasus suap Akil mochtar dalam perkara PILKADA Buton. Akil sudah mendahului masuk bui. Giliran Umar menyusul. Tetapi rupanya antrian itu tidak menghentikan dia untuk merayakan korupsi, ditahan KPK sebagai sukacita.
Politikus PDIP Damayanti Wisnu Putranti menebarkan senyum lebar ketika ditangkap KPK. Dia didakwa macam-macam sangkaan korupsi bancakan proyek hak publik di Maluku. Tuduhan yang tentu memalukan. Tetapi itu tidak mengurangi rasa sukacita tersangka. Senyum pun lebar selebarnya. Seperti tersangka lainnya, wajahnya tidak menunjukan rasa bersalah.
Korupsi sebagai perayaan dan pesta pora lebih nyata ditunjukan Bupati Purbalingga, Tasdi. Politisi PDIP itu langsung dipecat partainya. Tetapi metal sudah kadung naik mencakar langit. Salam itu khas grup musik cadas.
Dalam simbologi, isyarat tangan menyerupai tanduk ini dinamakan El Diablo---iblis bertanduk---atau Il Cornuto, atau Diabolicus. Artinya, saya mencintai kamu; sungguh berseberangan dengan tindakan korupsi. Korupsi sama sekali bukan cinta, tapi pengkhianatan. Entah Tasdi sedang merayakan pengkhianatan atau memang mencintai korupsi. Tidak jelas.
Zainudin Hasan, Bupati Lampung Selatan, adik kandung Ketua MPR, tertangkap tangan sedang mengumpulkan pundi-pundi dari proyek-proyek infrastruktur di Dinas PUPR Lampung Selatan.
Hasan diberitakan sejumlah sama sekali tidak menunjukan bentuk penyesalan apapun. Dia melangkah tegap seperti parade menyambut selebrasi menuju panggung, sembari menyunggingkan senyum tipis, ibarat suatu kemenangan. Hormattttt Gerak !!
Pertanyaannya kenapa senyum, simbol yang menunjukan sukacita dan penghiburan justru dipajang ketika kasus yang mengharu biru hak warga negara lainnya menjadi taruhan.
Analisis awalnya begini. Korupsi pada dasarnya adalah perayaan atau dosa kolektif, atau dalam bahasa yang kerap dilontarkan pegiat anti-korupsi adalah korupsi berjemaah. Tindakan itu dilakukan secara kolektif dan dirayakan sebagai perilaku bersama. Dalam kebersamaan itu pula pelakunya merasakan euphoria bersama, party yang menyenangkan. Ketika ditahan KPK, pesta itu usai dan pelaku menghadapinya sendiri.
Tetapi dia tidak mau terjerembab sepi. Karena itu, senyum adalah reaksi spontan untuk mengusir jauh perasaan gundah gulana. Senyum getir, barangkali padanan yang cocok, meski tidak sepenuhnya tepat. Senyum getir adalah ekspresi kekalahan karena gagal mencapai atau memenuhi sesuatu.