Mohon tunggu...
Dariel Yuel Karsten
Dariel Yuel Karsten Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Basketball Player, Pianist, Song Writer, Music Arr.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fenomena "Burnout" di Kalangan Generasi Milenial: Sebuah Krisis Kesehatan Mental yang Mengkhawatirkan

21 Mei 2024   09:00 Diperbarui: 21 Mei 2024   09:03 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam era digital yang serba cepat ini, generasi milenial mengalami tekanan yang semakin meningkat. Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan, hal ini juga menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, yaitu fenomena "burnout". Burnout, atau kelelahan emosional dan fisik akibat stres berkepanjangan, kini menjadi krisis kesehatan mental yang signifikan di kalangan generasi milenial. Fenomena ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka, mulai dari karier, hubungan sosial, hingga kesehatan fisik dan mental.

Tekanan Kerja dan Gaya Hidup yang Membebani
Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang ambisius dan produktif. Namun, di balik prestasi dan kesuksesan yang mereka raih, terdapat tekanan kerja yang sangat tinggi. Budaya kerja yang kompetitif dan tuntutan untuk selalu tampil sempurna membuat mereka sering bekerja lebih dari jam kerja normal, bahkan hingga larut malam. Selain itu, adanya tuntutan untuk terus meng-update diri dengan teknologi terbaru dan mengikuti tren terkini menambah beban mental yang mereka alami.

Banyak milenial yang merasa terperangkap dalam siklus kerja tanpa akhir, tanpa waktu yang cukup untuk beristirahat atau menikmati hidup. Fenomena ini semakin diperparah oleh ekspektasi masyarakat yang tinggi dan tidak realistis, baik dari atasan, rekan kerja, maupun dari media sosial yang sering menampilkan gaya hidup yang glamor dan serba instan.

Dampak Negatif terhadap Kesehatan Mental

Burnout memiliki dampak yang sangat merusak bagi kesehatan mental. Gejala-gejala burnout meliputi kelelahan yang tidak kunjung hilang, merasa tidak berdaya, sinis, dan kurangnya motivasi. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi dan gangguan kecemasan.


Penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial lebih rentan mengalami burnout dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta tekanan untuk terus berprestasi di tengah persaingan yang ketat. Banyak dari mereka yang merasa kesulitan untuk mengelola stres dan seringkali tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari lingkungan sekitar.

Pengaruh Media Sosial

Media sosial memainkan peran besar dalam memperparah fenomena burnout di kalangan milenial. Platform seperti Instagram, Facebook, dan LinkedIn sering kali menampilkan gambaran hidup yang sempurna dan penuh kesuksesan. Banyak milenial yang merasa tertekan untuk meniru gaya hidup tersebut, sehingga meningkatkan perasaan tidak cukup baik dan kecemasan akan pencapaian diri.


Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan juga mengurangi waktu untuk beristirahat dan berinteraksi secara langsung dengan orang-orang terdekat. Akibatnya, hubungan sosial mereka menjadi kurang berkualitas dan menambah beban mental yang sudah ada.

Langkah-Langkah Mengatasi Burnout

Untuk mengatasi masalah burnout ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Menciptakan Keseimbangan antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Penting bagi milenial untuk mengatur waktu dengan baik, memberikan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat. Mengambil cuti dan berlibur secara rutin juga sangat dianjurkan.
  • Mencari Dukungan Sosial: Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan rekan kerja sangat penting untuk mengurangi stres. Jangan ragu untuk berbicara tentang perasaan dan masalah yang dihadapi.
  • Mengurangi Penggunaan Media Sosial: Batasi waktu yang dihabiskan untuk berselancar di media sosial. Fokuslah pada interaksi nyata yang lebih bermakna dan bermanfaat.
  • Mengelola Stres dengan Baik: Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.
  • Mencari Bantuan Profesional: Jika merasa tidak mampu mengatasi masalah sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun