Mohon tunggu...
Voe
Voe Mohon Tunggu... -

Si Pendosa yang suka belajar, jalan-jalan (bertafakur alam), dan mencari hikmah. Salah satu dari fansnya Khadijah -radiyallahu'anha-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karena Teater, Kau dan Aku

9 Januari 2011   02:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SMS-SMS tersebut masuk ke handphondku jam 9 malam-an, saat aku sudah berada di pulau kapuk untuk beristirahat.

SMS yang dikirim dari seorang sahabat yang mendapat kesempatan ke Jakarta untuk menghadiri Pertemuan Teater Nasional. Beliau adalah perwakilan dari Kota Kecil, Bengkulu.

Betapa ia telah menyaksikan kerasnya ibu kota di terjang badai kesenjangan sosial. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

20:22:: Dia begitu mencintai teater yang telah membesarkan nama dan hatinya. Mendewasakan pikirannya dan mendewasakan sikapnya. Telah ia kenal dunia teater 8 tahun lamanya.

20:43:: Dipertemuan besar Indonesia itu, tentunya ia telah melihat keragaman umat di sana. Tentunya ia telah melihat budaya Nusantara yang begitu kaya dan luar biasa. Dari sabang sampai Merauke, dengan setiap kebudayaannya. Betapa kayanya negeri ini!

21:01:: Dibalik kekayaan negeri ini, ada sesuatu yang lain yang terlihat nyata di hadapannya. Tatkala melihat mobil mewah yang lalu lalang di depan tubuh-tubuh ringkih. Ditambah orang-orang tua yang sangat tua, mengendong anak-anak kecil yang benar-benar kecil, ntah umurnya yang kecil atau badannya yang kecil karena kurang gizi berjalan di kegelapan malam di pekatnya asap kendaraan mewah. Tak ada yang saling mengasihi, YOu are you, not Me!

21:10:: Beliau menemukan seseorang yang memberinya ilmu mengenai makna khidupan di rumah Allah. Ya, seorang bapak tua penjaga gedung teater.

21:14:: Ah, lagi-lagi kau membuat jantungku bergejolak, Li. Hatiku miris. Ngilu dan nangis. Betapa aku ingin ada di sana, menyaksikan kepedihan itu dengan mata kepalaku sendiri. Merasakan aromanya, merasakan warnanya, dan merasakan suasananya. Yah, ini adalah kali ke-2 kau berangkat karena teater, setelah sebelumnya ke Kalimantan dalam rangka lomba baca Puisi Mahasiswa tingkat Nasional. Teater telah membawamu terbang, terbang menembus batas mimpi-mimpi yang pernah kau gaungkan.

Bahkan aku yang lebih dahulu mengenal teater dibanding dirimu, tak mendapat kesempatan indah itu. Setelah pilihan dibuat. Kau berjuang di teater dan aku berjuang di tempatku yang lain.

Disinilah mulanya kita mengembangkan sayap. Menjadi apapun yang kita mau. Walau kemudian, aku mengganti sayang itu dengan sayap yang lain.

Di teater kita bermula, merasakan menjadi gila, miskin, kaya, jelek, baik, dll. Ya, adapun kau akupun begitu. Aku bisa menjadi apa saja yang kumau. Tapi, lagi-lagi, aku telah membuat pilihan ku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun