Mohon tunggu...
Verlina Maya Gita
Verlina Maya Gita Mohon Tunggu... Dosen - Midwife

Certified Midwife and Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bolehkah Ibu Hamil Olahraga?

31 Juli 2023   18:28 Diperbarui: 31 Juli 2023   18:30 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pavel Danilyuk from Pexels

Proses kehamilan merupakan fenomena yang sakral dan menjadi perhatian bagi seorang ibu dan seluruh anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. Begitu banyak upaya yang dilakukan agar ibu dan janin tetap sehat dan dalam keadaan yang baik dari awal kehamilan sampai dengan periode nifas. Beberapa cara ditempuh demi memastikan ibu dan janin berada kondisi yang optimal selama masa kehamilan seperti periksa kehamilan teratur di tenaga kesehatan, menjaga pola makan, dan berolahlahraga. Namun, masih banyak kelompok masyarakat yang merasa khawatir bahwa aktivitas fisik tertentu seperti olahraga pada ibu hamil akan memberikan efek yang buruk pada kehamilan. Kekhawatiran ini bukan merupakan hal yang salah, mengingat dalam kasus tertentu ibu hamil memang harus memperhatikan aktivitas fisik yang dijalani sehari hari. Sebenarnya bagaimana olahraga dapat memengaruhi kehamilan dan jenis olahraga apa yang dapat dilakukan ibu selama kehamilan?

Bagi beberapa orang, kehamilan merupakan saat dimana seorang ibu dapat menjadi lebih santai karena dianggap lebih rapuh dan lebih mudah lelah dibandingkan masa sebelum hamil. Apabila selama periode kehamilan tidak mengalami penyulit seperti perdarahan, tekanan darah tinggi, muntah terus menerus dan demam, olahraga dapat menjadi salah satu cara membuat ibu hamil menjadi lebih bugar selama kehamilannya. Berikut beberapa manfaat yang dapat dirasakan ibu hamil dan janinnya yang menjalani olahraga teratur selama kehamilan:

  • Menghindarkan risiko terjadinya Diabetes Mellitus dalam Kehamilan
    • Diabetes Mellitus dalam Kehamilan adalah kasus diabetes yang terdeteksi dalam masa kehamilan yang disebabkan oleh perubahan yang dialami oleh ibu. Diabetes mellitus dalam kehamilan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat berlebih, kelahiran prematur, gula arah bayi yang rendah, dan munculnya diabetes tipe 2 pada ibu setelah melahirkan. Aktivitas fisik yang cukup serta olahraga rutin mampu menjaga kadar insulin dalam tubuh sehingga ibu dapat menjaga berat badan selama kehamilan dan terhindar dari risiko bayi lahir dengan berat berlebih.
  • Menurunkan risiko kejadian hipertensi dan Preeklamsia
    • Kejadian Preeklamsia atau lebih sering dengan keracunan akibat kehamilan masih menjadi salah satu penyumbang utama penyebab kematian ibu selama masa perinatal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan munculnya kejadian preeklamsia. International Socisty for the Study of Hypertension in Pregnancy menyarankan seorang ibu hamil melakukan olahraga seminggu tiga kali selama 50 menit untuk mencegah munculnya preeklamsia
  • Membantu proses persalinan
    • Olahraga yang rutin yang dilakukan selama proses persalinan dapat membantu menurunkan risiko munculnya penyulit persalinan dan persalinan secara operasi Seksio Caesarean (SC). Selain itu dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa olahraga yang rutin juga mampu memperpendek durasi persalinan. Hal ini dikarenakan olahraga mampu menguatkan otot abdomen dan otot-otot dasar panggul yang berperan penting dalam proses persalinan.
  • Menghindarkan risiko depresi postpartum
    • Sekitar 1 dari 10 wanita memiliki kemungkinan untuk mengalami depresi postpartum setelah melahirkan. Durasi depresi postpartum biasanya dapat bertahan selama 3 sampai 6 bulan. Penelitian menunjukkan bahwaOlahraga yang rutin dapat menurunkan stress pada ibu setelah melahirkan dan mengurangi risiko munculnya depresi postpartum.

Berikut olahraga yang disarankan bagi ibu hamil:

  • Ibu hamil disarankan setidaknya berolahraga selama 150 menit per minggu (misalnya, 30 menit sehari, lima hari seminggu) dengan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang seperti jalan cepat
  • Olahraga air
  • Bersepeda stasioner
  • Prenatal Yoga
  • Prenatal Pilates
  • Perempuan yang sudah melakukan aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi, seperti lari, dan olahraga raket  dapat terus melakukannya selama dan setelah kehamilan dengan pengawasan dokter

Lebih lanjut, selama hamil, hindari aktivitas yang meningkatkan risiko cedera, seperti berikut ini:

  • Olahraga kontak dan olahraga yang membuat Anda berisiko terkena pukulan di perut, termasuk hoki es, tinju, sepak bola, dan bola basket
  • Terjun payung
  • Aktivitas yang dapat mengakibatkan jatuh, seperti ski salju lereng, ski air, selancar, bersepeda off-road, senam lantai, dan menunggang kuda
  • Scuba diving
  • Aktivitas yang dilakukan di atas 6.000 kaki

Meskipun olahraga mampu memberikan efek kebugaran selama kehamilan, ibu hamil dan keluarga harus memperhatikan beberapa hal. Baik seorang atlet berpengalaman atau pemula, apabila nampak tanda-tanda berikut maka olahraga harus dihentikan dan melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter kandungan terdekat

  • Pendarahan dari vagina
  • Merasa pusing atau pingsan
  • Sesak napas sebelum memulai olahraga
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala
  • Kelemahan otot
  • Betis sakit atau bengkak
  • Kontraksi rahim yang teratur dan menyakitkan
  • Terdapat cairan merembes dari vagina 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun