Mohon tunggu...
Risalah Amar
Risalah Amar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, pegiat pranikah

Penulis Lepas, dan Melepas Tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sajak buat Sang Revolusioner Jokowi

30 Maret 2015   03:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu hari kami bosan dengan televisi

Penyiar pura-pura senang dengan kenaikan harga

Dengan senyum seperti origami

Dia masih bisa menyapa: selamat pagi

Ada orang mati berebut sedekah

Ada orang mati diterkam polisi

Ada orang mati dicakar begal

Ada orang mati disiram bensin

Trah ningrat adalah mereka yang bertahan dan bahagia dengan kenaikan harga

Poros maritim kita adalah lautan pura-pura

Tempat patroli polisi kita menjadi bajak laut

Dan angkatan bersenjatanya ditangkap nelayan

Bapakku! Beras naik lagi

Telor naik lagi

Dosa apa kampung kita ini

Kita sama-sama milih Jokowi

Becak kita didandani banteng

Bendera kita menjadi merah darah

Bapakku!

Kita sama-sama senang lihat tivi

Waktu Harapan Baru itu memenangi pemilu

Kita dijanjikan kartu-kartu ajaib dari dimensi lain

Kita dijanjikan hidup yang lebih manusiawi

Bapakku! Ras apakah kita ini

Ketika persaudaraan ditakar dengan koin

Dan keindonesiaan kita ditimbang dengan koran

Bapakku!

Ayo kita aksi

Barangkali ada kepercayaan lagi

Setelah presiden kita temui

Barangkali dia tak jemu bohong lagi

Di tivi, Bapakku, ada tayangan khusus aseng

Enam jam lamanya

Tapi tak ada ruang buat Asmat, Dani, Waropen, Bone

Saudara kita itu ditempatkan dalam akuarium

Ruang ikan-kan eksotis dipertontonkan

Lalu dimasak

Dibuat pepes dan dijual kembali dengan murah

Bapakku,

Kampung kita ini akan dijual murah

Bapak akan jadi satpam komplek

Paman akan jadi penjaga parkir mall

Pakde akan jadi pak ogah putaran depan

Abang akan jadi kuli panggul beras

Uwa akan jadi cleaning servis

Paling banter: penjaga pom bensin sebagai simbol kemajuan desa

Jadah, growol, peyek, akan tak laku

Lemper Cuma akan basi di besek

Negeri ini akan banyak mengimpor marshmallow

Negeri ini akan banyak makan ginseng, persik, dan keselek sumpit

Nanti becak bapak, becak kita, dilarang edar

Di jalan-jalan akan berpusing kendaraan bekas dari cina dan Jepang

Lalu wakil kita di sana berpusing soal macet dan polusi

Bapakku!

Aku ijin aksi

Aku ijin bawa becakmu ke istana pagi nanti!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun