Mohon tunggu...
Risalah Amar
Risalah Amar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, pegiat pranikah

Penulis Lepas, dan Melepas Tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Surat buat Bapak Presiden RI

31 Maret 2015   13:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surat untuk Bapak Presiden RI

Assalamu’alaikum. Apa kabar bapak Indonesia? Apa kabar malam-malam anda pak? Bagaimana  tidur anda? Apakah bapak tidur dengan nyenyak atau bapak sedang gelisah?.

Akhir-akhir ini rakyatmu sedang banyak berkicau tentang gaya kepemimpinamu. Ntah apa yang mereka kicaukan aku sebenarnya tak peduli. Tapi akhir-akhir ini mendengar begitu banyak kicauan mereka aku menjadi risih. Risih melihat mereka mengiba-iba, atau sekadar mendengarkan keluh kesah mereka. Bapak Jokowi yang saya hormati dan seluruh bangsa Indonesia hormat kepadamu. Perkenankan aku menulis surat ini untuk bapak, meskipun bapak bukan ayah kandungku. Tapi bapak adalah ayah dari rakyat bangsa Indonesia. Izinkan kami mengadu kepada bapak Indonesia ini, bapak Jokowi.

Bapak Jokowi yang saya hormati dan seluruh bangsa hormat kepada anda. Saya hanyalah bagian dari rakyat biasa yang ingin ikut-ikutan berkicau. Kalau emang saya salah tolong maafkan saya, jangan penjarakan saya. Saya hanya ingin memberikan surat bukan menghina bapak.

Pak, setahu saya track record anda begitu mengesankan seperti yang saya baca diberita-berita. Bapak yang dulu hanya anak dari tukang kayu, bisa menjadi walikota Solo trus bapak mengadu nasib mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta dan hebatnya bapak bisa menang. Alhamdulillah. Saya orang baru di Jakarta pak, hanya bisa melihat dari televisi bagaimana bapak bisa menang ketika pemilihan Gubernur di Jakarta. Ntah ajian apa yang bapak gunakan sehingga bapak sebegitu beruntungnya. Kalau boleh kapan-kapan saya diajarkan ya pak ilmu nya hehe.

Saya begitu kagum sama bapak. Bapak bagaikan dewa di mata masyarakat. Dielu-elukan, dipuja-dipuja karena bapak begitu perhatian kepada rakyat bawah. Sampai-sampai bapak mau masuk gorong-gorong untuk memantau. Pernah juga saya mendapatkan foto bapak sedang menyapu. Dalam benak saya, begitu merakyat pemimpin kita ini.

Bapak Jokowi yang saya hormati dan seluruh bangsa Indonesia hormat kepadamu. Ketika saya membaca sejarah perjalan anda yang merangkak trus berjalan dan kini bisa berlari, saya tertegun. Dulu bapak sebagai walikota Solo, belum selesai amanah bapak, bapak langsung berjalan ke Jakarta untuk menjadi salah satu kandidat Gubernur Jakarta. Nasib emang nasib, nasib bapak begitu bejo dan akhirnya terpilih menjadi orang nomer 1 di Jakarta. Banyak janji-janji bapak kepada rakyat Jakarta. Mengatasi banjir, memperbaiki transjakarta, dll. Saya tak terlalu hafal dengan janji bapak karena saya baru di Jakarta. 2 tahun bapak menjabat jadi gubernur, bapak berlari menuju Istana Presiden. Belum tuntas amanah bapak kepada rakyat dan janji bapak, bapak sudah berlari untuk mengejar singgasana di Istana. Ketenaran bapak yang dibesar-besarkan media membuat bapak bagaikan dewa tak bersayap. Bapak begitu pintar membuat rakyat percaya, begitu hebat mengambil hati rakyat. Ntah itu kebusukan yang bapak tutupi atau itu kebaikan yang murni dan tulus dari hati bapak.

Dipanggil bapak sepertinya tidak pantas buat orang sekeren bapak. Hmm, kayanya bapak cocok dipanggil mbah, karena mbah seperti peramal yang bisa meramalkan masa depan. Maafkan kelancangan saya mbah, eh bapak maksud saya. Tanpa rakyat yang memilih bapak, bapak tetap akan menjadi orang nomer 1 di Indonesia. Seperti ada tangan-tangan yang tak telihat bekerja dibelakang bapak. Banyak orang-orang yang bilang bahwa bapak hanyalah boneka atau wayang. Maafkan saya bapak jangan tahan saya. Emang ini sudah menjadi fakta dan sudah bertebaran dalam paham masyarakat.

Belum beberapa bulan bapak menjadi Presiden RI, bapak mengeluarkan keputusan yang memancing emosi rakyat. Bapak menaikkan harga bbm ketika harga minyak dunia sedang turun-turunnya. Dari harga 6500 naik menjadi 8500. Kata bapak, “kita Cuma naikin harga 2000 kok”. Ya hanya 2000 tapi membuat rakyat bawah menjerit. Mahasiswa yang mendengar isu ini mulai mendemo besar-besaran. Seluruh anak bangsa marah atas kebijakan ini. bapak sebenarnya sadar dan melek. Akhirnya untuk menenangin masa, bapak turunkan harga bbm. Masa pun meredam.

Tapi lagi-lagi bapak mencari sensasi dalam diam. Bapak menaikkan harga bbm ditengah malam dimana rakyat sedang terbuai oleh mimpi-mimpi mereka. Bapak lupa bahwa sebagian rakyat bapak tidak lagi tidur. Isu ini mulai terdengar ketelinga rakyat bangsa Indonesia. Sudah mulai geli dengan cara kepemimpinan bapak. Mereka-mereka yang memilih bapak kecewa, mulai sadar bahwa bapak hanya menjadi mainan dari tangan-tangan yang tak terlihat.

Tapi satu prestasi bapak yang saya akui dan saya salut. Bapak begitu tegas dengan hukuman mati untuk para tersangka narkoba. Tapi lagi-lagi bapak melakukan blunder. Eksekusi mati untuk warga Australia sampai sekarang belum bapak laksanakan. Padahal bapak janji akan dilakukan secepatnya. Tapi sampai sekarang saya menulis surat ini eksekusi mati untuk warga Australia belum bapak laksanakan. Atau mungkin bapak lagi sibuk atau bapak sedang sakit. Kalau bapak sedang sakit saya doakan semoga bapak cepat sembuh.

Pak Jokowi, jangan biarkan amarah kami. Tolong redam amarah kami dengan bapak menepati janji. Jangan sampai sejarah 1998 terulang kembali. Bapak Jokowi saya masih yakin bapak bisa memimpin negara ini sampai habis jabatan bapak. Tapi kalau bapak tidak sanggup, jujur saja kepada rakyat mu ini. turunlah sebelum diturunkan. Gulinglah sebelum bapak digulingkan. Kami menghargai bapak dan kami menghormati bapak. Karena bapak adalah rakyat meskipun hakikat nya beda. Dari rakyat untuk rakyat seperti nya telah hilang. Nilai-nilai pancasila sudah dikikis sampai habis, sampai-sampai kita telah lupa dengan Pancasila. Perkataan Presiden Soekarno terngiang-ngiang dikepala ku “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Mungkin beginilah yang sedang kita rasakan bersama. Semoga esok lebih baik. Maafkan kalau saya ada kesalahan kata ya pak, aku mah apa atuh Cuma rakyat jelata.. tetap semangat bekerja pak. Jangan sampai digulingkan ya pak. Terimakasih pak Joko Widodo. Lestari.

Wassalam.

Jakarta, 30 mei 2015

Hamdi Ibrahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun