Mohon tunggu...
Vladimir Preximovic
Vladimir Preximovic Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Asli Semarang tapi jarang ada di Semarang. Melanglangbuana menjelajah ke seluruh pelosok nusantara demi mengusahakan rezeki yang halal untuk anak-istri dan keluarga....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kalau Ingin Menjadi Pelatih Sepakbola Hebat, Jangan Cuma Tahu Soal Sepakbola

13 November 2012   09:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:28 3555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Salam Sepakbola Bangkit!!!

Ini adalah artikel yang barusan dikirim oleh salah satu rekan di perusahaan melalui email.

Walaupun tidak disebutkan sumbernya, tapi menyimak isi dari artikel ini, makna dari isinya sungguh bikin Waooouuwwww....  Jangan pernah menanyakan dari mana asalnya keberhasilan, tapi perhatikanlah bagaimana keberhasilan itu ada dan tercapai....

____________________________________________________________________________________

Kalau ingin jadi pelatih sepakbola yang hebat, jangan cuma tahu soal sepakbola. Dan Jose Mourinho pun menjadi seorang pelatih yang luar biasa. Bagaimana sosok pelatih timnas Indonesia Nil Maizar?

**

Anak- anak muda ber-jersey kuning itu terlihat tegang di ruang ganti. Di luar, 80 ribu manusia bebaju merah sedang menunggu mereka dengan garang. Mereka tahu malam ini untuk pertama kalinya mereka bakal bermain di depan penonton sepenuh itu. Sayangnya, 99 persen mendukung tim lawan, sang tuan rumah.

Ong Kim Swee tahu dia harus melakukan sesuatu. Dengan backsound sorak-sorai penonton yang menembus dinding-dinding tebal stadion, dia mulai berbicara dengan keras:

"Mereka tak menghormati kalian, mereka tak menghormati bendera kita, mereka tak menghormati raja kita dan mereka tak menghormati orangtua kalian ...."

Kim Swee menarik nafas, lalu melanjutkan.

"Jika kalian membiarkan itu terjadi, maka kalian sama saja pengecut. Kalian harus tunjukkan pada mereka bagaimana rasanya menjadi orang Malaysia."

Malam itu, 21 November 2011 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, di final SEA Games melawan Indonesia, Malaysia U-23 yang dipimpin Kim Swee membungkam publik Senayan dan meraih medali emas. Ferdinand Sinaga gagal melakukan penalti terakhir. Ratusan juta hati tetap kemarau panjang, termasuk puluhan ribu orang yang mengejek lagu kebangsaan Malaysia, yang dengan cerdas di-'twist' oleh Kim Swee.

Menjadi Pelatih Sepakbola yang Hebat

Baru-baru ini Jose Mourinho menceritakan sedikit asal-usulnya dalam merintis karier sebagai pelatih. Di hari pertama kuliah di Universidad de Educacion Fisica de Lisboa, ia berkata pada dosennya. "Aku sedang belajar menjadi pelatih sepakbola, dan aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan di kelas Anda."

Sang dosen menjawab: "Kalau kamu mau jadi seorang pelatih yang hebat, kamu tidak boleh cuma tahu tentang sepakbola."

"He was a teacher of philosophy.  I got the message", kenang Mou.

Semua pelatih tahu tentang sepakbola, perbedaannya ditentukan di bidang lain. Dan kemudian jadilah Mourinho yang kita kenal. Dia bukan cuma pelatih hebat tapi juga seorang pemimpin yang luar biasa. Pelatih yang melatih dengan cara yang tidak biasa. Menghadapi setiap match dengan planning dan persiapan forensik, sangat memperhatikan detail berdasarkan sport science. Spesialisasi yang dia pelajari saat kuliah.

Tapi yang membuat dia spesial dibanding pelatih lain adalah karena dia seorang master manipulator. Cermati bagaimana dia memanfaatkan media untuk menyampaikan pesannya. Entah itu untuk memancing reaksi pemain, membuat pemain menjadi fokus, membuat bingung atau lengah lawan, bahkan menyalahkan dirinya sendiri biar para pemainnya bangkit di pertandingan berikutnya.

Simak komentar-komentarnya setelah Madrid dikalahkan Sevilla, padahal tiga hari kemudian bakal menghadapi lawan tangguh Manchester City di Liga Champions.

"Saya gagal membuat sebuah tim yang berkomitmen, saya tidak berhasil meyakinkan pemain bahwa sepakbola adalah priotitas terpenting di hidup mereka."

Jleb! Bisa dibayangkan bagaimana perasaan pemain Madrid mendengar ocehan pelatihnya ini. Sebuah statement yang sangat cerdas dari Mou, karena setelah itu para pemain Madrid tahu apa yang harus dilakukan saat melawan City. Membuktikan komitmen mereka sebagai pemain profesional atau kehilangan posisi di Bernabeu.

Motivasi bisa ditoreh dari cinta atau dari kebencian. Mourinho tidak peduli dari mana itu berasal asalkan pemainnya kembali pada performa terbaik.

The Right Person in the Right Place

Dalam buku "Leading Through The Edge Of Chaos" disebutkan bahwa salah satu kunci untuk menghadapi kekacauan adalah dengan menempatkan "the right person in the right place". Berhadapan dengan faktor eksternal yang chaos, dibutuhkan orang yang tepat di dalam. Dalam konteks kekacauan sepakbola Indonesia, orang itu adalah Nil Maizar, pelatih timnas senior.

Awalnya saya melihat Nil sebagai pelatih yang biasa saja. Ya, cuma sedikit di atas rata-rata karena dia membawa Semen Padang finis nomor empat di kompetisi ISL 2011 dan juara IPL 2012. Tapi memperhatikan beberapa reaksi dan pernyataannya, saya kemudian melihatnya bukan pelatih biasa. Dia juga boleh jadi seorang pemimpin yang sudah jarang kita temui.

Dia bukan pemimpin yang manja, yang mengundurkan diri karena pemainnya bukan materi terbaik seperti pelatih sebelumnya. Dia melihatnya bukan sebagai masalah, tapi sebagai tantangan. Bahkan ketika satu persatu pemainnya pergi karena dilarang klub, dia tetap bertahan memanfaatkan pemain yang ada dan meramunya dengan keberanian.

"Buat apa takut ? Jalani saja ikhlaskan saja. Kalau Samsidar datang itu putusan Tuhan. Dia tidak datang, putusan Tuhan juga," jawabnya saat ditanya tentang pemain yang membelot. Jawaban seorang pejuang yang percaya diri dan berserah diri.

Di saat timnya diserang, dihina dan dilecehkan sebagai tim tarkam, tidak berkualitas dan bukan pemain dan pelatih terbaik, Nil maju ke depan dan memasang badan dengan sebuah pernyataan tegas, layaknya seorang pemimpin.

"Silakan menyebut saya pelatih yang tidak berkualitas, tapi jangan pernah menyebut pemain-pemain saya tidak berkualitas. Karena merekalah pejuang bangsa yang sebenarnya. Merekalah yang selalu menerima penghinaan kalian dengan lapang dada, dan tetap terus berjuang demi menjaga kehormatan bangsa," ungkap Nil.

"Waang bakarojo jo hati'" (kamu bekerjalah dengan hati), falsafah Minang yang coba ditransfer Nil ke timnya yang dipenuhi pemain muda minim pengalaman, juga pemain senior yang sudah melewati masa keemasannya. Nil sadar betul, bahwa bermain dengan hati adalah satu-satunya cara agar seseorang bisa melampaui diri mereka sendiri, melampaui kelemahannya, melampaui kesalahannya. "Hal paling penting adalah mereka bermain dengan hati, dan menikmati permainan. Anda tidak akan bisa bermain sepakbola jika Anda merasa terpaksa." Tegas Nil setelah kemenangan 5-0 atas Brunei.

Etos kerja minang juga kental dalam prinsip hidup Nil. Kerja keras merupakan keharusan. "Sebagai perantau saya harus berhasil. Seberat apapun ancaman dan gangguan menghadang. Saya tahu risiko terburuk yang akan saya terima. Tapi, kita tak boleh menyerah. Di situlah tantangannya."

Jangan juga tanyakan nasionalisme Nil. Baginya nasionalisme adalah pengabdian yang tak bisa di tolak. Teguh memegang prinsip. "Ketika masih ada yang mau memakai lambang Garuda, ketika itu negara kita masih merdeka," Kata-kata seorang nasionalis yang tak ragu memberikan hormat untuk para suporter di tribun.

Sampai di sini, ada yang menentramkan hati. Timnas di tangan pemimpin yang tepat. Memimpin dengan tauladan. Pemimpin dengan etos kerja, nasionalisme dan kemampuan memotivasi dan berkomunikasi yang hebat. Dia memberikan atmosfer positif, keyakinan dan kepercayaan diri untuk timnya dalam situasi yang sangat berat dan prihatin. Satu-satunya timnas yang dilecehkan pendukungnya sendiri.

Tapi apakah timnas berada di tangan pelatih yang benar? Menahan imbang Filipina dan Vietnam di kandang meraka adalah sebuah sinyal positif karena sebelumnya kita cuma jago kandang. Tapi ujian sesungguhnya buat Nil akan di mulai akhir November ini. Di Piala AFF Nil akan bisa menilai, apakah kerja keras dan pengorbanannya sudah cukup mengantarnya meninggalkan pusaka bagi anak kemenakannya, pada kerabat dan masyarakatnya. Apakah dia selain seorang pemimpin yang hebat juga seorang pelatih yang hebat.

Berlian terbaik adalah batu yang mendapatkan tekanan terberat. Pahlawan terbesar ada karena musuh terkejam. Timnas terbaik yang bermain dengan hati, bukan karena motivasi lain, mudah-mudahan terbentuk karena konflik tak berkesudahan ini.

Semoga....

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salam Sepakbola Bangkit!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun