Mohon tunggu...
Victor Kurniawan
Victor Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar dan pencari kebenaran

Pria yang mencintai seni, alam, jalan-jalan, pembelajar komunikasi dan kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Corona Mengistirahatkan Bumi?

16 Maret 2020   16:16 Diperbarui: 16 Maret 2020   16:11 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari ini, Covid-19 atau lebih dikenal dengan virus Corona begitu populer dan menyebabkan kepanikan dan kecemasan di seluruh dunia. Situs worldmeters.info mencatat ada 169,937 kasus virus Corona di 157 negara, dengan 77.776 ribu sembuh, dan 6.523 diantaranya meninggal dunia.

Penyebaran virus Corona yang begitu masif di seluruh dunia, menyebabkan WHO (World Health Organization) mengumumkan Corona sebagai pandemi. Pengumuman ini direspons secara bervariasi oleh berbagai negara, tergantung tingkat keparahan penyebaran virus ini. Ada negara yang melakukan lockdown terhadap kota-kota yang terdampak. Ada juga negara yang masih baru melakukan pembatasan parsial.

Dampak dari kebijakan- kebijakan pembatasan yang timbul karena Corona ini menimbulkan kabar buruk secara ekonomi, sebab mengurangi aktivitas ekonomi. Dalam analisis Asian Development Bank (ADB) akan menimbulkan kerugian berkisar UU$ 77 miliar hingga US$ 347 miliar. Angka yang fantastis, bukan?

Bukan Hanya Tentang Kabar Buruk

Keberadaan virus Corona tidak hanya mengenai kabar buruk, ada kabar yang menghibur juga. Pertama, tentu saja banyaknya jumlah orang yang dapat sembuh dari virus ini. Kedua, adalah berkurangnya polusi karena berkurangnya aktivitas produksi dan manusia karena keberadaan virus ini.

Penghentian aktivitas produksi dan manusia karena Corona paling tidak menurunkan kadar CO2 sebanyak 100 juta ton dan juga menurunkan kadae NO2 sebanyak 39 persen. Hal ini dibuktikan dengan gambar foto udara yang dilansir oleh NASA, dimana kota-kota yang melakukan pembatasan aktivitas seperti Wuhan, langitnya tampak lebih cerah jika dibandingkan sebelum ada pembatasan aktivitas yang disebabkan oleh Corona.

Bagi saya, hal ini menunjukkan bahwa Corona "memaksa" kita untuk memberi bumi kesempatan beristirahat. Tentu saja ini kabar baik bagi bumi. Mengapa? Sebab bumi sedang krisis. 

Pada bulan November 2019, para ahli menetapkan bahwa bumi sedang mengalami krisis iklim. Satu kondisi darurat yang membutuhkan aksi radikal untuk mengurangi atau menahan perubahan iklim dan mencegah kerusakan lingkungan yang tak bisa diperbaharui akibat perubahan iklim

Salah satu yang berandil besar dalam krisis iklim adalah "rutinitas bisnis" manusia.  Menurut John Bellamy Foster, dalam bukunya What Every Environmentalist Needs to Know About Capitalism, menuliskan bahwa melanjutkan "rutinitas bisnis" lambat laun akan menyebabkan bencana global. Maka, bagi saya, Corona adalah sebuah interupi terhadap rutinitas manusia tetapi memiliki dampak untuk memperpanjang nafas bumi karena manusia dipaksa untuk mengambil langkah radikal untuk mengurangi "rutinitas bisnis"  demi keberlanjutan hidupnya.

Saatnya Diam

Saat ini, relakan rutinitas kita diinterupsi oleh Corona. Tidak usah frustasi, mari beristirahat dan tetap penuh pengharapan, sembari mengevaluasi diri, apakah kita sudah bersikap adil terhadap sesama dan bumi yang kita tinggali. Anggaplah momen ini adalah kesempatan untuk beristirahat dari kebisingan rutinitas kita dan ruang istirahat bagi bumi kita, sembari berdoa semoga ini tidak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun