[caption id="attachment_222963" align="aligncenter" width="472" caption="Pengurus KNPB hasil KLB Mimika tgl 18 - 21 Juni 2012. (Foto: knpbtimikaregion.files.wordpress.com)"][/caption]
Ada banyak kasus dimana organisasi terancam bubar karena ulah pengurus Apalagi kalau di antara pengurus ternyata ada penyusup. Karenanya, dalam organisasi politik, pengurus selalu dipilih dari kadernya sendiri, bukan kader ‘karbitan’. Ini untuk meminimalisir kemungkinan masuknya penyusup ke dalam organisasi mereka yang sengaja dilakukan oleh lawan-lawan politik.
Prinsip yang sama juga berlaku dalam organisasi kecil semisal ‘Tim Sukses’ yang dibentuk untuk memenangkan kandidat tertentu dalam Pilkada. Demikian juga dalam organisasikemasyarakatan dan kepemudaan (OKP) yang memiliki missi perjuangan tertentu.
Taruhlah misalnya organisasi pemuda dan mahasiswa asal Papua yang dibentuk untuk mendukung Papua merdeka. Kemungkinan adanya penyusup sangat besar mengingat sifat perjuangannya boleh dibilang ‘melanggar rambu’ konstitusi. Salah-salah memilih pengurus, akan menjadi virus bagi pencapaian perjuangan organisasi itu.
Contoh Kasus KNPB
Belum lama ini, salah satu organisasi pendukung Papua merdeka, yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) yang berlangsung di Mimika, Papua. Kendati KLB itu tidak mendapatkan izin dari pemerintah lantaran organisasi itu belum terdaftar di Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Papua, namun KLB tetap digelar di Mimika tanggal 18 – 21 Juni 2012. Hasilnya, Victor Yeimo terpilih menjadi Ketua Umum KNPB menggantikan Buchtar Tabuni yang kini mendekam di tahanan karena terlibat sejumlah tindak pidana yang dituduhkan kepadanya. http://www.toptvpapua.tv/artikels/434-perijinan-kongres-knpb-sepenuhnya-wewenang-polisi
Victor Yeimo yang sebelumnya menjabat sebagai Juru Bicara Internasional KNPB didampingi Romario Yatipai, Ketua badan formatur KLB lalu memilih sejumlah pengurus. Di antaranya Agus Kossay sebagai Ketua I, dan Hubertus Mabel sebagai Ketua Militan KNPB.
Namun malang nasib Hubertus Mabel. Demi tugas yang diembannya sebagai Ketua Militan, ia membuktikan kepada publik KNPB bahwa dirinya memang benar-benar militant. Dua bulan setelah dilantik, ia nekat bergabung dengan kelompok sipil bersenjatamelakukan penyerangan dan pembakaran Markas Polsek Pirime di Lany Jaya akhir November 2012 lalu. Tiga polisi tewas tertembak dan dibakar, termasuk Kapolsek Pirime.
Kabid Humas Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya kepada pers mengatakan, pada Minggu pagi (16/12/2012), aparat mendapat informasi dari pelaku penyerangan Mapolsek Pirime berisial WG dan MJ yang tertangkap 14/12/2012 bahwa salah satu pelaku yang diduga terlibat kasus peledakan bom di Gedung DPRD Jayawijaya serta salah satu pelaku penyerangan Polsek Pirime sedang berada di Abusak, Distrik Kurulu, Wamena.
Aparat kemudian melakukan pengintaian dan berhasil melumpuhkan Hubertus Mabel, seorang yang diduga terlibat dalam penyerangan Mapolsek Pirime. Hubertus, kata I Gede ditembak aparat karena berusaha menyerang petugas di Kampung Abusak. Hubert Mabel bersama keempat rekannya diminta untuk tiarap di tanah. Namun, Hubert Mabel tidak mengindahkan permintaan petugas, tapi dengan marah langsung menyerang dan berupaya merebut senjata petugas.
“Sehingga terjadi saling rebut senjata api dan melihat senpi hampir berhasil direbut, seorang anggota tim melepaskan tembakan ke arah kaki Hubert Mabel dengan maksud untuk melumpuhkan,” terang I Gede. Korban kemudian dilarikan petugas ke RSUD Wamena, tapi tidak bisa tertolong dan meninggal dunia karena banyak kehilangan darah.
http://www.suarapembaruan.com/nasional/penyerang-mapolsek-pimire-papua-tewas-ditembak/28281
Dengan bukti-bukti keterlibatan Hubertus Mabel dalam aksi-aksi terror yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata, besar kemungkinan KNPB sebagai organisasi juga akan terbawa-bawa. Setidaknya, KNPB yang selama ini dikenal di hati masyarakat Papua sebagai corong untuk menyuarakan aspirasi Papua merdeka melalui kegiatan politik-demokratis, telah berubah menjadi organisasi teroris.
Victor Yeimo sebagai Ketua Umum KNPB dan Romaria Yatipai selaku badan formatur KLB patut menyesali keputusan mereka menempatkan Hubertus Mabel dalam kepengurusan Pusat KNPB. Karena Hubertus telah menjadi ‘virus' dalam perjuangan KNPB.
Victor Yeimo dan Romaria jelas-jelas telah salah mengaktualisasikan kata-kata terakhir dari almarhum Macho Tabuni (Mantan Ketua I KNPB) yang sebelum menghembuskan napasnya berpesan : “Jangan menjadi Virus dalam Perjuangan ini”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H