Mohon tunggu...
Viktor Krenak
Viktor Krenak Mohon Tunggu... -

Pemuda desa dari pedalaman Papua, Putus kuliah, sekarang di Kota Baru/Jayapura,sedang "memimpikan" hidup baru yang lebih baik.\r\n\r\nMENULIS BUKAN UNTUK MEMBERONTAK

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kutai Kertanegara dan Pertanda Alam Bagi Pejuang "Golden Gate" Papua

1 Desember 2011   18:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:57 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

RUNTUHNYA  jembatan Kutai Kertanegara yang tersohor dengan nama Golden Gate itu, tentu bisa dijelaskan secara teknis. Apakah lantaran konstruksinya yang rapuh? atau gara-gara aksi para  "tukang sunat" yang  gemar memangkas secara ilegal biaya pembangunan sehingga material yang dibelanjakan tidak sesuai standar mutu yang disyaratkan? Apakah karena struktur tanahnya mengalami pergeseran lantaran gempa tektonik yang sering melanda wilayah Asia?  Apapun itu, cepat atau lambat pasti akan ditemukan jawabannya. Tulisan ini mencoba mengajak para pembaca untuk melihatnya dari  perspektif lainnya. Tidak perlu harus meyakininya sebagai sebuah kebenaran, karena hal ini tidak ada kaitannya dengan masalah iman. Tapi hanya mau mengkaitkan runtuhnya jembatan Kutai Kertanegara itu dengan fenomena politik yang terjadi di negeri ini, khususnya di Tanah Papua. Sebutan Golden Gate mengingatkan saya akan sebuah istilah yang menjadi visi para pejuang Papua merdeka. Bahwa kegigihan perjuangan mereka antara lain dilandasi keyakinan bahwa “PAPUA IS GOLDEN GATE OF THE  END OF THE WORLD”. Golden Gate yang mereka yakini tentu bukan bangunan fisik seperti Jembatan Kertanegara. Tetapi spirit yang memungkinkan mereka mampu bertahan selama 50 tahun dalam perjuangan yang kita sendiri sulit memahaminya. Bahwa kemerdekaan bangsa Papua adalah pintu masuk untuk memakmurkan seantero negeri, khususnya bagi "bangsa" Papua. Dengan runtuhnya Golden Gate di Tenggarong, Kaltim itu mungkin saja menjadi pertanda buruk bagi mereka. Bahwa kemakmuran bagi Tanah Papua tak harus diraih dengan melepaskan Papua dari NKRI. Apalagi harus bergantung pada bantuan bangsa lain untuk terus-menerus memojokkan Indonesia dan mengharapkan PBB untuk segera turun ke Papua. Tetapi sebaliknya harus tetap menyatu dalam bingkai NKRI. Jarak Papua – Jakarta yang jauh bukanlah penghalang. Karena laut bukanlah pemisah melainkan pemersatu semua pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud sampai Rote. Semoga saja dengan runtuhnya Golden Gate di Kutai Kertanegara mengingatkan para pejuang Papua merdeka untuk tidak lagi membangun Golden Gate baru. Karena Golden Gate kita adalah Otsus. Tukang-tukangnya sudah disiapkan yaitu para personil yang dilibatkan dalam unit kerja UP4PB. Mari kita fokuskan perjuangan kita untuk membenahi Otsus, agar kemakmuran di Tanah Papua dapat segera terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun