[caption id="attachment_350395" align="aligncenter" width="460" caption="Jurnalis Prancis Marie-Valentine Louise Bourrat dan Thomas Charlie Dandois usai vonis di PN Jayapura, Jumat, 24 Oktober 2014 (Foto: bintangpapua.com)"][/caption]
Jumat, 7 Agustus 2014 dua wartawan televisi dari Prancis Marie-Valentine Louise Bourrat dan Thomas Charlie Dandois ditangkap aparat Polres Jaya Wijaya ketika sedang berboncengan motor dengan anak buah Purom Wenda (pimpinan kelompok kriminal bersenjata) menuju Hotel Boulivard Wamena. Kedua jurnalis Prancis tersebut telah dijatuhi vonis 2,5 bulan penjara di PN Jayapura pada 24 Oktober lalu karena melanggar ketentuan keimigrasian. Mereka menyusup ke Papua menggunakan visa turis untuk melakukan pekerjaan jurnalistik.
Dalam sidang terungkap fakta bahwa bersama anak buah Purom Wenda mereka berniat menyusup ke wilayah Lanny Jaya, namun dicegah oleh salah seorang tokoh masyarakat Wamena. Dugaan saya, mereka ke Lanny Jaya untuk meliput aksi kontak tembak antara kelompok Purom Wenda dengan aparat keamanan, tetapi keburu tertangkap.
Dari barang bukti yang disita petugas yakni alat audio visual, laptop dan ponsel di dalamnya berisi hasil rekaman gambar dan wawancara dengan tokoh-tokoh OPM, seperti Forkorus Yaboisembut yang baru saja keluar dari Lapas Abepura dan Areki Wanimbo di Wamena. Namun hasil wawancara tersebut sudah tak utuh lagi, hanya berisi gambar tanpa suara. http://birokrasi.kompasiana.com/2014/10/27/setelah-dilantik-inilah-prioritas-kabinet-kerja-jokowi-untuk-masalah-papua-687762.html
Rencananya hasil peliputan dua jurnalis Prancis itu akan dijadikan film dokumenter untuk disiarkan di negara mereka. Menurut pengamat Hukum Internasional dari FISIP Uncen Jayapura, Marinus Yaung, apa yang dilakukan oleh dua jurnalis Prancis itu adalah bagian dari upaya meng-internasionalisasikan isu Papua di luar negeri agar gerakan Papua merdeka semakin mendapat simpati dan dukungan internasional. http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/17894-bagian-skenario-asing-mendorong-isu-papua
Duo Rambo Papua
Minggu siang, 26 Oktober 2014 di depan hotel yang sama (Hotel Boulivard Wamena) aparat Polda Papua kembali menangkap sekelompok orang yang sudah lama menjadi target operasi. Drama penangkapan gembong pelaku tindak kriminal di kota dingin Wamena, ibukota kabupaten Jaya Wijaya, Papua itu memang menarik perhatian publik di kota Lembah Baliem itu. Enam orang berhasil ditangkap dan dibawa dengan pesawat khusus ke Kota Jayapura di bawah pengawalan ketat aparat keamanan, berikut tiga orang saksi mata yang berada di sekitar areal hotel.
Siapakah mereka hingga penangkapannya terkesan bak teroris? Ternyata dua dari enam orang yang ditangkap itu adalah pimpinan kelompok kriminal bersenjata yang selama ini kerap melakukan aksi-aksi penyerangan dan penembakan terhadap aparat keamanan maupun warga sipil di wilayah itu. Kedua orang itu adalah Pinus Wonda alias Rambo Wonda (27) dan Derius Wanimbo alias Rambo Tolikara (30). Media lokal menyebut keduanya dengan ‘Duo Rambo’. Enam anak buahnya ikut diamankan, masing-masing berinitial YK (20 tahun), YB (20), YB (40 tahun), Windambi (19 thn), AW (18 tahun), dan NT (15 thn). Mereka sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polda Papua.
Inilah ‘dosa’ mereka sebagaimana diungkapkan Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo.Pinus Wonda alias Rambo Wonda, kata Pudjo, tergabung dalam kelompok Pilia bersama Purom Wenda dan diduga terlibat dalam beberapa kali penembakan dan perampasan senjata aparat TNI-Polri di wilayah Puncak Jaya. Rambo Wonda terlibat dalam kasus penembakan yang menewaskan 3 anggota Brimob pada 24 Oktober 2011, penyerangan dan perampasan senjata anggota Brimob pada 28 Januari 2011 serta penyerangan dan perampasan senjata Pratu Laode Alwi, anggota TNI 753/AVT Pos Ilu, pada 8 Maret 2012. Kasus paling sadis yang melibatkan Rambo Wonda adalah penyerangan Mapolsek Pirime pada 28 Januari 2012 yang menewaskan 3 anggota Polsek Pirime. Dalam insiden ini, Kapolsek Pirime ditemukan sudah hangus terbakar dan mayatnya dipotong-potong.
Sedangkan Derius Wanimbo alias Rambo Tolikara, menurut Pudjo juga terkait dengan aksi penyerangan warga sipil dan aparat di wilayah Kabupaten Tolikara. “Kami berterima kasih kepada masyarakat karena berkat informasinya sehingga aparat bisa menangkap Rambo Wonda dan Rambo Tolikara,” kata Pudjo. http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/17970-8-anggota-opm-ditangkap
Kerjasama dengan jurnalis asing?
Sebagai orang Papua, kami mengapresiasi penangkapan ini karena wilayah Puncak Jaya, Papua sudah lama dijadikan basis kelompok kriminal bersenjata melakukan aksi-aksi sadis mereka. Masyarakat sudah lama resah akibat ulah kelompok-kelompok ini. Kendati demikian, wilayah Puncak Jaya belum sepenuhnya aman, mengingat masih pimpinan tertingginya yaitu Purom Wenda hingga saat ini masih bebas berkeliaran. Kelompok inilah yang melakukan penyerangan pada hari Lebaran yang lalu (28 Juli 2014) yang menewaskan dua anggota polisi dan lima lainnya luka-luka. Anak buah Purom Wenda pulalah yang diketahui berboncengan motor dengan dua wartawan asing dari televisi Prancis tersebut.