Drakkk!.Â
Penumpang sontak terbangun. Sementara Mei dengan air mata berurai masih menatap pemandangan didepan matanya yang hampir tidak ia percayai akan terjadi. Sebuah truk kontainer mendorong dengan keras bus itu ke arah kiri dan membuat bus terguling.Â
Kaca-kaca bus pecah berhamburan. Tubuh para penumpang terjatuh berhimpit-himpitan sambil masih diiringi teriakan dan takbir dengan sisa-sisa suara yang dipaksakan.
Mei mulai kehilangan pandangannya. Sementara Dina terdengar berteriak kesakitan. Bau amis merebak seketika disekelilingnya. Diantara pandangannya yang kabur ia melihat seorang penumpang ibu-ibu yang tangan dan kakinya terpisah.Â
Dengan perlahan Mei yang tubuhnya tertimbun kursi penumpang dan tubuh-tubuh lain yang berserakan mulai berusaha menggerakan tangannya. Ia merogoh saku jaket tempatnya menaruh ponsel.
Sayup-sayup suara sirine terdengar. Diiringi suara teriakan pengendara lain yang mulai terlihat berusaha menolong seadanya. Mei yang wajahnya dilumuri darah mulai berusaha melepaskan diri. Namun tenagannya tak cukup membantu. Diantara sadar dan tidak, ia mencoba menghubungi suaminya. Tidak ada jawaban.
Mei mencoba lagi dengan satu tangan mengusap-usap layar ponsel yang telah basah oleh darah. Masih tak ada jawaban. Ia menangis tak bersuara. Diantara kesakitan, pasrah dan berdoa, Mei melihat wajah Mika. Tersenyum sambil melambaikan tangan dan berbisik lirih..
Bunda datang..
Sidoarjo, 31 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H