Mohon tunggu...
Vivi Widya Susanti
Vivi Widya Susanti Mohon Tunggu... Guru - Khairunnas anfa'uhum linnas

Baru Belajar Nulis - Belajar Baru Nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bunda Datang

31 Maret 2020   16:56 Diperbarui: 1 April 2020   16:55 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drakkk!. 

Penumpang sontak terbangun. Sementara Mei dengan air mata berurai masih menatap pemandangan didepan matanya yang hampir tidak ia percayai akan terjadi. Sebuah truk kontainer mendorong dengan keras bus itu ke arah kiri dan membuat bus terguling. 

Kaca-kaca bus pecah berhamburan. Tubuh para penumpang terjatuh berhimpit-himpitan sambil masih diiringi teriakan dan takbir dengan sisa-sisa suara yang dipaksakan.

Mei mulai kehilangan pandangannya. Sementara Dina terdengar berteriak kesakitan. Bau amis merebak seketika disekelilingnya. Diantara pandangannya yang kabur ia melihat seorang penumpang ibu-ibu yang tangan dan kakinya terpisah. 

Dengan perlahan Mei yang tubuhnya tertimbun kursi penumpang dan tubuh-tubuh lain yang berserakan mulai berusaha menggerakan tangannya. Ia merogoh saku jaket tempatnya menaruh ponsel.

Sayup-sayup suara sirine terdengar. Diiringi suara teriakan pengendara lain yang mulai terlihat berusaha menolong seadanya. Mei yang wajahnya dilumuri darah mulai berusaha melepaskan diri. Namun tenagannya tak cukup membantu. Diantara sadar dan tidak, ia mencoba menghubungi suaminya. Tidak ada jawaban.

Mei mencoba lagi dengan satu tangan mengusap-usap layar ponsel yang telah basah oleh darah. Masih tak ada jawaban. Ia menangis tak bersuara. Diantara kesakitan, pasrah dan berdoa, Mei melihat wajah Mika. Tersenyum sambil melambaikan tangan dan berbisik lirih..

Bunda datang..

Sidoarjo, 31 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun