Pukul empat sore Mei sudah berada di Terminal Pare, Kediri.Â
Dibalik kaca jendela bus tatapan Mei tertahan pada seorang anak laki-laki yang tengah asik mengunyah bakso. Disampingnya berdiri seorang laki-laki setengah baya sedang memegangi sebuah botol minum berwarna biru bergambar Captain America.Â
Tak lama laki-laki itu menggendong anak laki-laki yang ternyata putranya. Pemandangan itu membuat air mata Mei menetes. Seketika ia teringat Mas Nanda suaminya dan juga Mika.
"Tenang Mee.. ntar lagi kamu ketemu Mikaa..", ucap Dina disebelahnya.
Mei membalasnya dengan senyuman kecil sambil masih menahan tangis yang ia usap dengan kain kerudungnya. Bagaimana bisa, dalam keadaan seperti ini ia akhirnya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan buah hatinya. Bagaimana dengan orang-orang diluar sana?
Para perantau yang lebih jauh lokasinya, yang hampir tidak memiliki kesempatan bertemu sanak keluarga. Dengan adanya wabah yang membuat sebagian orang bergidik ngeri, masih harus dibebani dengan ketakutan tak dapat bertemu dengan keluarga lagi. Mei menghembuskan nafas. Bis melaju perlahan meninggalkan keramaian kota tahu tempatnya berbagi ilmu.
...
Pukul lima sore bus sudah sampai di tol Jombang.
Seperti biasa Harapan Jaya melaju kencang seperti mengejar matahari terbenam. Dina terlihat tertidur pulas. Disekelilingnya nampak orang-orang juga demikian. Hanya satu dua orang yang masih bercakap-cakap. Tak jelas arah pembicaraan. Namun semakin lama semakin membuat Mei penasaran.
Tiba-tiba seseorang diantaranya berteriak.Â
Bersamaan dengan itu terjadilah guncangan hebat dari sisi kanan bus