Mohon tunggu...
Vivi Widya Susanti
Vivi Widya Susanti Mohon Tunggu... Guru - Khairunnas anfa'uhum linnas

Baru Belajar Nulis - Belajar Baru Nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bunda Datang

31 Maret 2020   16:56 Diperbarui: 1 April 2020   16:55 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak mulai merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia, kekhawatiran Mei semakin menjadi.

"Mei, kamu jadi pulang atau enggak?", 

suara Patricia tiba-tiba menggema diujung telepon membuyarkan lamunannya. Mei hanya menjawab pertanyaan sahabatnya itu sekenanya sambil memastikan tidak ada nada ketakutan pada suaranya. 

Tidak seperti Patricia yang memang saat ini sudah berada di Surabaya; kota asalnya, Mei masih tertahan di Kediri bersama kedua orang teman perantauannya yang lain.

Surat Edaran yang mengumumkan bahwa ASN dihimbau untuk bekerja dirumah baru saja diterima Kepala Sekolahnya siang ini. Mei menghela nafas. Ia berdoa agar Kepala Sekolahnya segera mengumumkan secara resmi himbauan tersebut sehingga Mei bisa segera kembali ke rumahnya di Surabaya. 

Sebelum segalanya semakin sulit dijangkau, Mei dan kedua orang teman perantauannya berupaya untuk mendapatkan ijin kembali ke kota asal. Tak lama, wajah Mika putri kecilnya muncul dan terlihat sedang menunggunya dibalik jendela rumah.

"Meee.. Alhamdulillah.. Sore ini kita bisa pulang!", Arga bersorak lirih kearahnya diiringi Dina yang memasang wajah cerah. 

"Yang bener?.. ", sahut Mei tak percaya.

"Iya Mei.. tadi Pak Hadi udah bilang kalo besok mulai WFH".

Kalimat terakhir Dina membawanya menuju rumah kos untuk segera mengemasi barang. Sudah hampir tiga bulan Mei dan kedua temannya yang sesama Guru perantauan tidak pulang karena padatnya jadwal ujian sekolah. Senyum merekah tak tertahankan membias diwajah Mei sambil masih memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun