Jalannya sebuah perusahaan pasti dipimpin oleh seorang pemimpin. Ibarat kata perusahaan tanpa pemimpin adalah kapal tanpa nahkoda. Hal itu memang benar karena dengan adanya pemimpin suatu perusahaan atau organisasi lebih terarah. Setiap pemimpin pasti memiliki gayanya sendiri ketika sedang memimpin, misalnya pemimpin A lebih menyukai gaya otoriter, pemimpin B lebih suka gaya demokratis, sedangkan pemimpin C lebih suka gaya yang fleksibel. Tujuannya sama untuk membuat sebuah perusahaan atau organisasi menjadi lebih baik lagi.
Jahja Setiaatmadja adalah pria yang lahir di Jakarta, 15 September 1955 yang sekarang menjadi President Director BCA. Tidak dipungkiri bahwa bank BCA adalah bank hitz yang ada di Indonesia. Bank BCA merupakan bank swasta terbesar di Indonesia, dimana harga saham BBCA menyentuh angka Rp33.000,00/lembar.Â
Kesuksesan BCA juga tidak luput dari gaya kepemimpinan yang diterapkan di perusahaan tersebut. BCA juga sukses menghadapi segala tantangan dan melakukan inovasi di setiap tahunnya. BCA juga dinobatkan sebagai Bank terbaik di Indonesia dan Asia. Bagaimana tidak, BCA menyadari bahwa kebutuhan nasabah selalu bertambah sehingga tidak dapat dipungkiri BCA fokus untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam artian BCA mampu mempertahankan loyalitas pelanggan.
Lalu Bagaimana Gaya Kepemimpinan Jahja Setiaatmadja?
Memimpin Bank Swasta terbesar di Indonesia bukanlah hal yang mudah, dan sudah dipastikan bahwa tidak sembarangan orang bisa menduduki posisi tersebut. Jahja Setiaatmadja mulai menjadi Direktur BCA sejak 2011 lalu. Bahkan Jadja juga dinobatkan menjadi salah satu CEO terbaik.
Menurut Jahja, menjadi pemimpinan merupakan sebuah seni. Dimana pemimpin lebih menerima masukan, saran, dan open minded terhadap perubahan di era milenial seperti saat ini. Pemimpin harus menjadi pendengar yang baik dengan cara mendengarkan apa saja yang dirasakan oleh karyawannya dan mempercayai karyawannya. Baginya pemimpin bukan hanya seorang pemimpin yang hanya memberikan tugas lalu selesai. Jahja mengaku memiliki karakter yang santai dan tidak terlalu serius. Ia juga terlihat suka bercanda dengan para karyawannya sehingga menciptakan suasana yang cair dan hangat. Jahja juga merupakan seseorang ramah, mudah bergaul, banyak bicara, dan nyaman bertemu dan berbicara dengan orang baru.
Jahja Setiaatmadja memiliki Self-Awareness yang cukup tinggi, hal itu dapat dilihat dari perilaku serta sikap yang dimilikinya. Menurutnya, apabila seorang karyawan melakukan kesalahan sebaiknya kita sebagai pemimpin langsung mengajak si karyawan tersebut untuk berbincang, kemudian kita mendengarkan apa yang dirasakan oleh pekerja tersebut. Selama menjabat sebagai CEO Jahja sendiri tidak pernah marah apalagi sampai memaki orang baginya hal itu bersifat negatif dan hanya membuat para karyawan atau pekerjanya merasa tertekan.Â
Jahja menyadari bahwa aspek internal dari sifat seseorang, emosi, nilai, sikap, dan persepsi, dan menghargai bagaimana pola anda mempengaruhi orang lain sangat penting. Itu akan membuat karyawannya merasa dihargai dan dengan cara itu para karyawan dapat termotivasi sehingga menciptakan kinerja yang cukup tinggi.
Berdasarkan buku The Leadership Experience Seventh Jahja Setiaatmadja menggunakan gaya kepemimpinan Situational Theory yang berfokus pada karakteristik pengikut sebagai elemen penting dari situasi, dan akibatnya, menentukan perilaku pemimpin yang efektif (Daft, 2018 : 68). Setiap pemimpin pasti memiliki skill sebagai keterampilan yang berbeda - beda maka dari itu Jahja berfokus pada karakteristik para pengikutnya.Â