Tentu kita semua berduka atas bencana yang menimpa saudara-saudara kita di berbagai wilayah negeri. Semoga Allah melimpahkan kesabaran bagi para korban. Empati, doa, dukungan baik moril maupun materil bisa kita berikan kepada para korban.
Banjir, longsor, pergeseran tanah dan segala bentuk bencana alam tersebut adalah bencana yang terjadi karena kehendak Allah SWT, artinya terjadi atas ketetapan Allah. Maka sikap kita sebagai seorang muslim yang pertama adalah rida terkait dengan ketetapan-Nya. Boleh jadi ujian yang menimpa seorang Muslim akan meningkatkan keimanan dan derajatnya di hadapan Allah.
Selain itu, sudah saatnya kita melakukan muhasabah bersama. Seharusnya kita bisa mengambil pelajaran dari fakta dan data bahwa Indonesia sangat rawan terjadi bencana.
Pelajaran yang harus kita ambil, dengan kondisi alam yang sedemikian rupa, maka kita harus bersahabat dengan alam, tidak merusak alam, juga memposisikan alam agar senantiasa asri. Jika ada kebutuhan dengan alam, maka kita mengambil sesuai dengan kadar kebutuhan kita, tidak sampai merusaknya.
Kita juga harus menyampaikan terkait bagaimana seharusnya sikap pemimpin untuk menanggulangi bencana. Karena seorang pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab atas urusan rakyatnya.
Mitigasi Seadanya
Dengan kondisi yang rawan bencana, pemerintah sebagai pemangku kebijakan semestinya secara totalitas dalam mitigasi bencana dengan serangkaian kebijakan yang bisa diambil. Agar korban tidak bertambah dalam jumlah besar, juga bagaimana kesiapan terkait prediksi adanya bencana dan ketika menghadapi bencana susulan.
Makin luasnya titik kejadian dan bertambahnya jumlah korban sejatinya cukup untuk menggambarkan bahwa mitigasi yang dilakukan pemerintah benar-benar ala kadarnya, tidak sebagaimana seharusnya.
Fakta di lapangan juga menunjukan bahwa pemerintah lebih lambat bergerak, justru teman-teman dari berbagai ormas bersama masyarakat yang maju terdepan untuk menanggulangi bencana, sedang pemerintah selalu di belakang, karena menunggu anggaran operasional turun.
Dengan kondisi Indonesia yang rawan terjadi bencana ini, ternyata anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk mitigasi bencana hanyalah sekitar 1,8 triliun rupiah pada tahun 2024, jika dibandingkan dengan anggaran pembangunan ibu kota baru yang realisasinya mencapai 18,9 triliun per 31 Agustus 2024.
Padahal, dapat kita lihat yang mana pembangunan ibu kota baru ini tidaklah genting, atau tidak sampai mengancam nyawa. Artinya peran pemerintah minim dalam upaya menyelamatkan masyarakat dari bencana.