Â
Hampir setiap hari, media  menyajikan berita bagaimana mudahnya seseorang menganiaya orang lain, bahkan hingga menghabisi nyawanya.Â
Ibu dan anak di Palembang, Sumatera Selatan bernama Wasilah (40) dan FR (16) ditemukan tewas di rumahnya pada hari Senin (15/4/2024). Keduanya diduga menjadi korban pembunuhan (Kompas.com, 15-04-2024).
Seorang pria Asal Banyusokah ditemukan bersimbah darah di Jalan Tarogen, Desa Jelgung, Kecamatan Robatal, Sampang, Madura, diduga ia menjadi korban pembunuhan, Minggu (14/4/2024). Terdapat sejumlah luka sabetan senjata tajam di bagian tubuh korban. Selain itu, ditemukan sarung celurit tidak jauh dari posisi korban ditemukan (okezone.com, 16-04-2024).
Dua fakta pembunuhan terbaru di atas hanyalah sedikit kasus yang bisa penulis kutip. Masih banyak kasus serupa yang menggambarkan betapa mudah seseorang menghabisi nyawa orang lain secara bengis. Kejadian demi kejadian terus saja muncul dalam pemberitaan. Mengapa hal ini terus terjadi? Bukankah pelakunya diberikan hukuman?
Murahnya Nyawa dalam Sistem KapitalismeÂ
Harga nyawa dalam kehidupan hari ini dapat dikatakan begitu murah. Penganiayaan hingga penghabisan nyawa seseorang dianggap sebagai jalan efektif untuk menyelesaikan konflik. Bak setan kesurupan, pelaku menjadi gelap mata hingga dengan bengis menghabisi nyawa korban seperti hewan sembelihan.
Lunturnya rasa memanusiakan orang lain ini diakibatkan lemahnya iman dalam dada sebab ulah sistem kapitalisme. Bagaimana tidak, sistem ini menjadikan sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan sebagai asasnya. Agama jauh sekali dari kehidupan, bahkan tak lagi jadi pedoman hidup. Akibatnya, banyak orang lemah iman.
Tanpa rasa bersalah, bayang-bayang dosa yang akan didapat, pelaku membunuh korban tanpa belas kasihan. Sebab sistem inilah banyak orang mudah tersulut dendam dan berfikiran pendek.Â
Pengaturan kehidupan pun jauh dari Islam. Minimnya hukuman yang didapat oleh pelaku nyatanya tidak akan bisa memberikan efek jera. Bahkan, hukuman bisa direkayasa. Selama masa hukuman pelaku berkelakuan baik bisa jadi ia akan mendapatkan keringanan atau remisi.
Bagaimana bisa memberikan efek jera jika hukumannya begitu ringan. Inilah buah penerapan sistem kapitalisme sekulerisme yang menjadikan manusia bebas bertingkah laku tanpa batasan agama.