Mohon tunggu...
Vivi Irzalinda
Vivi Irzalinda Mohon Tunggu... -

Spesialisasi bidang Psikologi dan Perkembangan Anak. Tertarik pada bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia, Riset dan Sosial Kemasyarakatan. Hobi: Photography, Travelling and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia yang Mereka Asa

8 Oktober 2013   16:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika semua orang berlomba untuk mencari kerja di kota. Dia hanya memilih tinggal di desa membangun desanya.

Ya, itulah pilihannya.

Jarang, di zaman sekarang,tak banyak yang mempunyai visi seperti itu.

Pertama kali mengenalnya, setahun yang lalu. Sosok yang pendiam, berwibawa, punya kharisma. Sebenarnya, setahun lalu hanya mengenalnya dalam hitungan jam. Kini, ketika kembali bertemu, aku baru mengenalnya. Mengenal desanya. Mengenal semua aktivitasnya. dan mengenal visinya.

**

Mentari menyingsing, aku tiba di kota ini disambut dengan terpaan sinar matahari lembut membelai mukaku dan udara dingin segera memelukku. sekali-kali aku pun merapatkan jaketku. Lama sudah aku tak pernah menginjakkan kaki ku disini. Lambat, aku pun mulai mencari sosok yang ku kenal namun samar sekali aku bisa mengingat wajahnya. Tempat ini banyak berubah, terutama di depanku, bangunan indah yang tak pernah kulihat sebelumnya.

Aku pun melepas rindu melihat sekeliling sambil tersenyum, berusaha mengingat kenangan dulu, kenangan hitungan jam. begitu aku mnyebutnya. tak lama kemudian, seorang laki-laki pun menghampiri, melempar senyum, namun aku pun gagal untuk mengingatnya. "Pak punten, rumah Pak Farhan dimana ya pak?" tanyaku, "itu neng, masuk saja, bapak lagi ada kerjaan sebentar, sebentar lagi ke rumah, silahkan masuk .." sapanya dengan senyum yang bertengger di wajahnya. "Benar pak, saya masuk? rumah ini pak? sepertinya tak ada orang.." tanyaku ragu. "iya neng, masuk saja.." ajaknya. Aku pun masuk, dan aku baru sadar ketika bapak tadi masuk lewat pintu samping rumahnya. Aku pun malu, sedari tadi orang yang kucari sudah mengenaliku lebih dahulu, dibanding aku yang gagal mengingat wajahnya. Bapak pun tersenyum geli, sukses mengerjaiku, dan aku pun malu karena gagal mengingat wajahnya.

Desa ini, adalah desa yang akan menjadi kota wisata kedepannya. Begitu tutur pak Farhan. Pak Farhan membangun desanya sejak dia menikah, memutuskan untuk tinggal di desa dan melepas semua kerjanya yang ada di kota dengan segala keuntungan duniawi. Kini ketika ku menginjakkan kaki disini, aku begitu takjub dengan apa yang kulihat. ketika semua orang hanya peduli dengan diri sendiri, ketika rasa gotong royong semakin memudar, ketika kemerosotan akhlak pemuda yang tengah terjadi, ketika nilai-nilai adat dan kesenian daerah mulai memudar. Namun di desa ini tidak. Tidak sama sekali. Disini kau akan melihat, pemuda yang aktif membangun desa, jarang ku temui di kota-kota ritual seperti ini. Disini kau akan melihat, kesenian daerah masih dilestarikan, hingga anak kecil pun tak malu untuk memainkan alat musik daerah, menari dan silat. mulai dari anak umur 5 tahun hingga remaja 18 tahun. disini aku tak melihat remaja yang bergaul bebas, nongkrong-nongkrong. Disini kau akan melihat pemuda yang bersatu melestarikan budaya dan kesenian, pemuda yang cinta akan desanya, pemuda yang punya visi membangun desanya.

Saung ini, Saung Sarongge adalah pusat kegiatan mereka. Kini, aku melihat jelas, masa depan mu sahabatku. Cerita yang selalu kau ceritakan padaku, visi misimu dan segala mimpimu. Ditengah saung ini, aku mereka mimpi mu dan mimpi ku. Sama halnya sosok yang ada dihadapanku, yang lebih dahulu mereka dan merajut mimpinya.
#PSG, 08102013.4:38PM#

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun