Perang Rusia dan Ukraina nyatanya tidak hanya berdampak terhadap kedua perekonomian negera tersebut, tetapi berdampak pada perekonomian negara-negara lain. Salah satunya adalah Indonesia.
Konflik kedua negara ini semakin hari kian memanas dan menyita perhatian masyarakat global. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global pun menaruh atensi yang cukup besar terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina. Secara global, perang di Ukraina adalah "bencana" bagi dunia yang akan menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi global.Â
Beberapa orang mengkhawatirkan dampak ekonomi-politik yang mungkin timbul dari perang kedua negara tersebut akan turut memengaruhi Indonesia. Lantas, apa sebenarnya dampak perang Ruisa-Ukraina yang mampu memengaruhi perekonomian Indonesia?
Pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Citra Hennida mengungkapkan dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap sektor Ekonomi Internasional. Citra menjelaskan, dampak ekonomi itu muncul ketika negara-negara besar mulai memberikan sanksi kepada Rusia demi menghentikan invasi.
"Sanksi tersebut berupa larangan penerbangan, membatasi Rusia memasuki pasar investasi, sampai membatasi penerbangan," ujarnya di Surabaya, Rabu (9/3/2022)
Di Indonesia, belakangan sempat marak isu harga mie dan roti akan membengkak karena konflik Rusia-Ukraina. Citra menyebutkan isu itu beralasan. Sebab, Ukraina menjadi salah satu pengekspor gandum, yang merupakan bahan dasar mie maupun roti. Kenaikan tersebut juga muncul akibat stock gandum yang tertahan di pelabuhan lantaran ketegangan di beberapa kawasan jalur distribusi.
Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga minyak mentah melonjak hingga melewati level 100 dollar per barel. Kondisi tersebut membuat beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energy merasakan dampaknya secara langsung. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Sudies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, lonjakan harga minyak dunia membuat perusahaan pelat merah membebankan berbagai kenaikan harga ini kepada masyarakat. "Termasuk LPG nonsubsidi yang telah disesuaikan dua kali harganya, sudah naik dua kali kemudia juga untuk BBM jenis non subsidi juga dilakukan penyesuaian" ujarnya.
Bhima menambahkan, dampak ekonomi Indonesia dari ketegangan Rusia-Ukraina akan paling terasa di sektor keuangan. Hal ini terlihat dari kondisi Rupiah yang sudah melemah dan bergerak di Rp 14.500, dan bisa terus bergerak mendekati level Rp 15.000. "Dalam kondisi konflik, jika eskalasinya semakin meluas dan melibatkan banyak negara, ini bisa berdampak pada stabilitas di kawasan, dan tentunya ini akan merugikan prospek pemulihan, stabilitas moneter yang ada di Indonesia, karena bertepatan dengan tapering off dan kenaikan suku bunga yang terjadi di negara-negara maju," ucap dia. Harga komoditas, juga menjadi efek ekonomi yang dihadapi Indonesia. "Dengan minyak mentah yang sudah tembus USD 100 per barel, akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya pengiriman (logistik) menjadi jauh lebih mahal. Efeknya adalah harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli masyarakat semakin rendah, dan efek terhadap subsidi energi juga akan membengkak cukup singnifikan," imbuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H