Kata bijak, "alah bisa karena biasa" menjadi salah satu kalimat ajaib yang kita sering dengar dari orangtua. Artinya untuk hal yang sukar sepanjang kita sering lakukan maka akan menjadi hal yang mudah. Kalimat tersebut juga merupakan salah satu kalimat favorit yang selalu saya tanamkan di benak saat bergabung dengan grup penulis angkatan ke-27 yang digagas oleh Pak Wijaya Kusuma dengan nama bekennya Om Jay.Â
Meskipun sudah bergabung di grup penulis tersebut sejak pertengahan tahun 2022, namun ternyata menulis masih merupakan tantangan tersendiri buat saya. Mungkin bukan saya saja yang mengalami masalah dalam menyalurkan ide, unek-unek atau bahkan pemikiran kreatif dalam bentuk tulisan, hal ini saya pelajari selama mengikuti materi-materi online yang disampaikan di grup penulis tersebut yang cukup beragam dan variatif. Ada beberapa materi yang saya sangat suka diantaranya menulis majalah sekolah, yang membawa saya de ja vu ke masa sekolah dan kuliah dengan majalah dinding sekolah, atau materi writer's block dimana dibahas hal-hal yang membuat penulis mampet ide untuk menulis, lalu materi membuat pantun yang luar biasa membuka mata saya ternyata membuat pantun itu tidak sesukar yang selama ini saya hadapi dan materi lainnya adalah menerbitkan buku. Materi menerbitkan buku kemudian banyak diikuti dengan tawaran menerbitkan buku antologi yaitu buku yang terdiri dari berbagai kumpulan tulisan yang tidak saling berkaitan tapi masih dalam satu jenis tulisan dan tema. Kalau ditanya apakah ada tulisan yang saya buat memenuhi tawaran para anggota grup menulis yang sangat kreatif tersebut, jawabnya: belum ada. Mengapa? Kalau saya bilang, jawabnya ada pada rumput yang bergoyang seperti yang disenandungkan Ebiet G.Ade, anda pasti jawab: gak percaya.
Baiklah, anda tidak salah kalau tidak percaya dengan ucapan saya. Karena itu di dini hari tahun 2023, saya beranikan diri membuat resolusi, bahwa saya akan menuliskan pemikiran saya dalam sebuah buku. Mungkin gak? Saya akan bilang tidak ada yang tidak mungkin sepanjang ada niat. Dari pelajaran yang saya dapat dalam grup menulis, saya mendapatkan pemahaman, writer's block bisa disebabkan oelh hal-hal sebagai berikut:
1. Kekhawatiran
Terkadang kita memiliki banyak ide, pemikiran atau bahkan unek-unek yang menurut pendapat pribadi memiliki dampak yang positif untuk diketahui orang lain, namun saat ingin menuangkan dalam tulisan ada kekhawatiran apakah tulisan ini nanti, tidak akan menjadi bahan bullying oleh orang lain. Dengan adanya transparansi dalam dunia maya, seringkali keterbukaan menjadi salah satu pressure terhadap citra diri atau kredibilitas. Kekhawatiran menjadi bahan bullying oleh netizen setidaknya dapat menjadi salah satu writer's block bagi seseorang dalam menuliskan pemikirannya bagi publik. Gimana biar gak khawatir waktu menulis? Ya gak usah dipikirkan, mulailah menulis saja, persis seperti nasihat Om Jay, menulislah setiap hari dan anda akan lihat hasilnya. Sepanjang tulisan anda tidak mengandung SARA dan bukan tulisan yang merusak pemikiran orang lain maka anda tidak perlu punya kekhawatiran yang overdosis.
2. Mager
Kalau anak milenial punya istilah mager atau malas gerak, karena sudah PeWe = posisi weunak, maka kemalasan untuk mencoba menjadi salah satu faktor writer's block internal. Malas memulai, malas mikir atau bahkan malas mencari ide apa yang akan dituliskan akan menjadi tantangan terbesar para coach menulis. Kemalasan itu sendiri umumnya bersumber dari kurangnya daya dorong atau motivasi. Kunci WIIFM (What's In It For Me)Â menjadi strategi untuk membangkitkan kemauan seseorang untuk mulai menuliskan ide atau pemikirannya. Gampangnya, kalau gak ada manfaat saya menulis, trus ngapain juga harus menulis? Atau alasan yang sering kita dengar, kalau semua jadi penulis nanti siapa yang beli bukunya? Dan hasilnya sebagai pendengar anda akan manggut-manggut setuju dengan penyataan kemalasan tersebut sehingga perlahan andapun terserang virus malas menulis.
3. Topik/tema tidak menarik
Ada beberapa tawaran menulis antologi yang saya lihat di grup menulis, contoh meulis puisi kebersamaan. Buat yang suka menulis puisi pasti tertarik untuk mencoba menuliskan puisi dengan tema tersebut, namun bagi yang tidak hobby menulis puisi langkah cepatnya pasti akan langsung skip chat terkait tawaran tersebut. Salhkah anda sebagai penulis karena tidak tertarik? Ya gaklah. Topik/tema yang tidak menarik akan menjadi salah satu writer's block anda jika anda tidak move on. Maksudnya apa? Ini saatnya anda mencari grup lain yang menawarkan menulis buku antologi dengan tema yang menarik minat anda. Jangan stuck di grup yang hanya menawarkan tema yang tidak sesuai dengan kamampuan/minat anda, karena jika anda tidak move on maka writer's block anda akan berkepanjangan. Lalu kapan anda naik kelas jadi penulis yang menghasilkan buku?
Tiga hal diatas adalah faktor-faktor internal dan eksternal yang bisa menciptakan writer's block. Jadi kalau kita kembali ke topik di awal, mungkinkan Resolusi 2023 untuk menulis buku tercapai. jawabnya: anda pasti bisa sepanjang anda bisa menghilangkan faktor penghambat internal dan eksternal diatas. Ada salah satu tagline yang saya suka dari medsos tentang restoran yang saya suka, rumus restoran sukses: Tinggi x Banyak x Sering, tinggi profit, banyak pembelinya, sering pembeliannya. Kalau saya terapkan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) maka untuk penulis yang bagus rumusnya: Sering x Banyak x Tinggi, sering nulisnya, banyak pembacanya dan tinggi pengaruhnya (engagement). Jadi tunggu apalagi, ini tulisan saya di Kompasiana, pertama di tahun 2023, bagian dari Resolusi 2023 untuk jadi penulis buku. Bagaimana dengan anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H