[caption id="attachment_244892" align="alignright" width="300" caption="Pak Arifin, Pengusaha Tahu dan Peternak Sapi"][/caption] Masih cerita saat saya berjalan-jalan ke Turen... Nah, ini cerita tentang Pak Arifin, anggota CU Sawiran TP Kepanjen... apa sih hebatnya?? hebatnya ia benar-benar memulai usahanya dari NOL BESAR. Baginya belajar adalah hal mutlak dengan tidak memandang usia dan kondisi seseorang. Pembelajaran hidup yang bermula dari kesehariannya sebagai buruh pabrik tahu itulah, yang kemudian mengubah hidupnya. Sebagai buruh pabrik tahu, ia bertugas mengolah ampas tahu yang dihasilkan dan dianggap sebagai limbah. Dari situlah ia belajar bahwa di, limbah tahu ternyata juga menghasilkan uang. Ampas tahu diproduksi ulang menjadi bahan baku tempe gembos, dan juga bisa dijual sebagai penganan yang disebut “tahu jegug” . Ampas tahu juga dipergunakan sebagai tambahan makanan bagi sapi. Berbekal pengalaman itulah ia nekat membuka pabrik tahu kecil-kecilan. Namun karena kurang persiapan dan perhitungan yang matang, usahanya ambruk. “Saya waktu itu sempat bingung mengembalikan pinjaman dari sebuah bank swasta,” ceritanya.”Ketika saya menyampaikan permasalahan saya dan meminta solusi, saya memperoleh kekecewaan.” Pengalaman pahit itu ternyata tidak membuatnya menyerah. Berbekal dari tabungan istrinya sebesar tiga juta rupiah ia pun mulai memproduksi tahu kembali. “Saya hanya memegang uang sebesar tiga juta rupiah,” kenangnya. Padahal modal untuk peralatan mencapai lebih dari dua puluh juta , belum termasuk bahan baku utama seperti kedelai. Saat itulah ia mengenal Sawiran dari pembicaraan rekan-rekannya bahwa ada lembaga keuangan yang concern mendukung gerakan ekonomi masyarakat di sekitar Gedog Wetan. “Begitu menjadi anggota saya sangat terkesan karena Sawiran menerima saya sebagai suatu keluarga. Kesulitan permodalan saya dibantu, pengelolaan usaha saya memperoleh dukungan dan konsultasi, serta hubungan baik yang tetap terjaga sampai saat ini. Maka Pak Arifin pun mulai bangkit, tanpa kenal lelah ia bersama istri menjalankan semuanya sendiri. Mencari bahan baku, mengolahnya menjadi tahu, menggoreng, kemudian menjual ke pasar. Pukul satu dini hari ia sudah mulai berjualan di pasar sampai pukul tujuh pagi. Setelah beristirahat sejenak, ia memproduksi tahu sampai pukul delapan malam, sementara istrinya menggoreng tahu yang sudah jadi sehingga siap dipasarkan. Setelah semua siap, ia mengulangi rutinitasnya sebagai pedagang tahu di pasar. Saat ini semua itu tidak perlu ia lakukan sendiri, empat orang karyawan sudah siap membantunya membuat dan mengolah tahu sehingga siap jual. Namun berjualan di Pasar Besar masih dilakukannya sendiri. Kerja kerasnya bukan tanpa pemikiran keras dan proses pembelajaran terus menerus. Lima ekor sapi yang dimilikinya sekarang bukan hasil seketika. Ketekunannya belajar tentang cara merawat sapi membuatnya mengetahui seluk-beluk pemeliharaan sapi, bagaimana sistem pemasarannya, dan yang penting bagaimana cara menggunakan limbah tahu sebagai makanan sapi. Ampas tahu menurutnya, memiliki sifat kimiawi yang didominasi oleh protein sehingga dapat dipergunakan sebagai pakan sapi dan berfungsi sebagai sumber protein yang membuat sapi lebih sehat. Kemauan dan keinginan belajar dari pengalaman hidup, memang tidak pernah berhenti bagi Pak Arifin. Bapak yang sedang menunggu kelahiran anak keduanya ini berencana untuk menjadi menjadi pewaralaba satu minimarket terkenal, karena melihat peluang yang cukup besar di daerah tepat tinggalnya. Wow!!! Btw, saya jadi mendadak norak dengan ingin memegang dan mengelus sapi (maklum belum pernah), lucunya sapinya itu jadi "ngalem-ngalem" persis kayak anak anjing... tapi dia gedeeee bo... kamera saya kena dijilat pake lidah sapi yang gedeee banget itu sampai terlempar, untung ga rusak hehe... [caption id="attachment_244901" align="alignleft" width="300" caption="Pegang sapi.. lucu.. gemes... tapi sedikit ngeri hehehe"][/caption] Yang luar biasa, ampas tahu membuat kandang sapi yang biasanya berbau, sama sekali tidak beraroma yang tidak menyenangkan (baunya seperti tahu goreng.... apa karena dekat dapur ya? hwhwhwhw) Pengalaman yang luar biasa bertemu Pak Arifin.. Pengalaman yang nggak bisa didapet dimana-mana apalagi di bangku sekolah... Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H