Halo ..., nama saya Vivi. Umur saya 20 tahun. Cita-cita saya membeli rumah sendiri dan mandiri secara finansial. Tidak perlu bermewah-mewah, asal saya dapat memenuhi kebutuhan (pokok) saya sendiri alias mandiri. Cita-cita saya membeli rumah, tetapi yang baru dapat saya lakukan sekarang adalah mencicil sepeda motor. Itupun sebelumnya saya meminjam uang pada tante saya untuk down payment.O ya sedihnya saya tidak bisa langsung meminta-minta pada ortu. Itu karena ayah saya menderita penyakit stroke. Ibu saya bekerja dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Jadi saya saat ini bergantung pada ibu saya untuk kebutuhan saya sehari-hari. Lumayan, saya saat ini tidak memikirkan uang untuk makan, pakaian dan tempat tinggal. Ibu saya juga masih membiayai sekolah adik saya.
Tetapi saya butuh uang. Seperti yang saya bilang saya harus membayar cicilan sepeda motor. Untuk itu saya harus mendapatkan uang. Jadi saya merintis usaha. Saya membikin manisan, warisan resep dari almarhumah nenek saya. Lalu saya berusaha memperoleh PIRT. Perjuangan sudah selesai, PIRT sudah saya dapatkan. Usaha ini harus saya kembangkan, karena itu saya belajar. Saat ini saya belajar manajemen bisnis semester 4. Masih banyak yang harus saya pelajari sampai gelar sarjana saya peroleh. Kira-kira 2 tahun lagi.
O ya uang yang saya dapat harus juga bisa untuk bayar uang kuliah. Ini tidak sedikit, ya karena itu saya harus giat bekerja. Sebagai generasi Z tentu saya ikut-ikutan jualan online. Lumayan lho hasilnya. Lalu apakah saya butuh 'hang out' (sebagai anak muda). He... he.. tentu saja, tetapi jangan terlalu berlebihan supaya tidak tekor. Kalau uang modal ikut hanyut, tamatlah riwayat usaha saya. Ini termasuk hal terakhir yang saya inginkan.
Karena masih merintis, tentu penghasilan saya tidak besar. Jadi untuk meraih tujuan saya saya harus menabung. Saya memaksakan diri untuk menabung sejak dini. Karena menurut saya jika tidak menyisihkan sedikit uang, berapapun uang yang saya dapat akan habis. Mulanya saya belum "sreg" untuk berurusan dengan bank, karena saya dengar kalau menabung di bank potongan administrasinya besar sedangkan bunga tidak seberapa. Tetapi setelah saya sadar, bank adalah mitra.
Karena itu saya membuka rekening Tabunganku yang tidak terkena biaya administrasi, sejak saya masih SMA. Setelah saya mulai bisnis kecil-kecilan saya, saya membuka lagi rekening di bank yang banyak cabangnya karena saya perlu rekening itu untuk menerima transferan dari pelanggan dari luar kota. Tentu transfer ini adalah cara yang aman, praktis dan mudah. Tidak salah lagi, bank bukan momok, tetapi mitra kita. Rekening tabunganku tetap saya pertahankan untuk uang pribadi. Dan rekening di bank yang lain adalah untuk kegiatan bisnis.
Semuanya aman karena dijamis LPS. LPSitu Lembaga Penjamin Simpanan. Tidak perlu takut bank tempat kita menyimpan uang bangkrut sehingga uang yang kita kumpulkan dengan susah payah menguap. Karena LPS siap memberi ganti rugi tagungan kita di bank sampai jumlah 2 miliar. Tabungan saya pasti dijamin. Jadi saya tidak perlu mengkuatirkannya.
Jangan menyimpan uang di bawah bantal karena bisa dengan mudah dicuri orang. Jangan pula menyimpan di lemari sampai bertahun-tahun karena uang bisa dimakan ngengat. Apalagi, jangan menyimpan uang di dapur. Karena ini sungguh terjadi di suatu kelurahan di kabupaten Karanganyar. Seorang bapak menyimpan uang 12 juta rupiah di dapur di dalam suatu bungkusan. Tanpa sadar istrinya yang tidak tahu menahu tentang simpanan tersebut, membakar uang tersebut sampai hanya tersisa abu. Mau apa lagi, nasi telah menjadi bubur.
Saat ini saya sisihkan 10 % dari penghasilan untuk menabung. Kalau nanti penghasilan saya lebih besar, saya berencana untuk memakai 10 % lagi untuk berinvestasi dan akan terus bertambah. Pelajaran saya belum sampai (maksudku masih banyak mata kuliah yang belum saya pelajari dan yang pasti akan saya terapkan dalam bisnis saya) tetapi jelas saya akan lakukan kegiatan 'budgeting'. Ini akan mencegah saya untuk hidup boros. Karena kalau ke mall pasti banyak godaan yang bisa menguras kantong.
Jangan-jangan nanti uang modal saya ikut kabur ... hiiii, maka saya sadar menabung. Jika harus mengeluarkan uang saya pakai untuk membeli buku yang bermanfaat agar ilmu bertambah, membeli pulsa tetapi bukan untuk chatting-chattingyang tidak ada juntrungannya melainkan untuk menjawab pesan pelanggan, mengiklankan produk atau berjualan online. Nongkrong di cafesesekali untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang kita bisa belajar dari mereka, atau dengan pelanggan baru. Pokoknya harus cerdas dan cermat deh :)Â
Bagi saya hidup sederhana bukanlah sesuatu yang tabu. Banyak orang-orang kaya bahkan mereka yang terkaya yang hidup sederhana. Mengapa harus memaksakan diri untuk membeli mobil kalau dengan naik sepeda motor kita masih bisa beraktivitas? Dan kita masih bisa naik gojek, uber atau grab,tanpa harus memaksakan diri membeli mobil. Lain ceritanya kalau kita bekerja dengan menggunakan mobil itu seperti misalnya kita menjadi sopir grab.
Kembali ke bank, saya sadar selama masih berbisnis, saya pasti masih membutuhkan bank. Mungkin saya suatu kali nanti butuh KUR atau Kredit Usaha Rakyat untuk mengembangkan usaha saya dan mungkin juga saya membutuhkan KPR atau Kredit Perumahan Rakyat kalau tabungan saya belum cukup. Kalau menunggu tabungan saya cukup mungkin harga rumah sudah melambung tinggi sehingga tidak terbeli, jadi KPR kemungkinan besar saya butuhkan. KUR dan KPR bisa disalurkan kalau masyarakat menabung di bank yang memberikan KUR dan KPR tersebut, jadi dengan menabung kita bisa mengambil andil dalam menolong masyarakat yang membutuhkan kredit. Win-win solution. We are for bank, bank for us.