Mohon tunggu...
vivian karamoy
vivian karamoy Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Banyak Cara untuk Bantu Korban Bencana

21 Januari 2014   15:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah sesuai prediksi bahwa awal tahun baru ini merupakan musim hujan di Indonesia. Biasanya curah hujan akan meningkat, meninggi, dan cenderung akan menyebabkan banjir dimana-mana tidak terkecuali di Jakarta. Siklus banjir lima tahunan yang menjadi langganan Jakarta terendam kali ini sudah tidak berlaku lagi. Banjir di Jakarta datang lebih awal tepatnya setahun sekali. 17 Januari tahun 2013 lalu banjir di Jakarta hampir merendam seluruh pusat kegiatan bisnis di jantungnya Jakarta (kawasan Bunderan HI). Tahun ini banjir tidak hanya terjadi di Jakarta (sampai sekarang masih banyak wilayah yang belum surut) melainkan melanda sebagian daerah di tanah air.

Bukan hanya banjir, awal tahun 2014 ini juga ditandai dengan aneka bencana yang menimpa bumi pertiwi. Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, dan wilayah di pulau Kalimantan. Di Pulau Jawa, selain Jakarta tentunya, banjir menerjang Kota dan Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kota dan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Subang, Indramayu, dan lain-lain. Sejauh ini wilayah-wilayah yang terkena bencana dan banjir itu belum berakhir penderitaannya.

Seakan sudah menjadi kebiasaan disaat korban akibat bencana erupsi dan banjir melanda berduyun-duyun bantuan mengalir dari pihak pemerintah, swasta, badan independen, dan tentunya elit politik yang berasal dari partai politik. Bantuan yang diberikan bukan hanya materi tetapi juga moril untuk membangkitkan semangat para korban bencana. Tidak ada yang salah dengan mereka apalagi seorang elit politik membantu rakyat yang sedang terkena musibah sekalipun ‘bumbu’ kampanye selalu ada dalam setiap aksi yang diberikan mereka. Tiga bulan lagi pemilu akan digelar, tebar pesona yang mereka lakukan pun tidak luput dari pencitraan agar dikenal rakyat sebagai orangatau partai yang berempati dan peduli kepada para korban bencana.

Jadi, jangan heran jika di lokasi bencana dan pengungsian banyak tanda gambar partai, caleg, capres bertebaran karena itulah bagian dari ‘usaha’ untuk meraih simpati publik agar dipilih kelak dalam pemilu. Namun demikian disaat sebagain elit politik, caleg, capres ‘masuk’ ke lokasi bencana dan banjir, ada satu orang capres yang juga Ketua Umum partai politik yang kini menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian memilih tidak melakukan itu. Baginya, pencitraan seperti itu semu dan jauh dari rasa berempati. Hatta Rajasa, demikian nama orang itu, memilih berempati sebagai wujud tanggungjawab Menteri dengan memastikan stok penyediaan pangan untuk para korban banjir berjalan tanpa hambatan.

Hatta justru sibuk mengamankan stok beras di tengah-tengah bencana, khususnya banjir yang melanda Indonesia. Etos kerja seperti ini patut dijadikan contoh bagi pejabat lain. Meskipun menteri dari partai politik, Hatta tetap mementingkan tugas dan kebutuhan masyarakat. Artinya, Hatta lebih memilih bekerja untuk rakyat ketimbang mengunjungi korban banjir hanya demi pencitraan belaka. Kalaupun kemudian (bahkan mungkin sudah) Hatta ke lokasi bencana itu semata-mata untuk mengecek pangan sudah tersedia layak atau belum untuk pengungsi dan korban bencana. Itu juga bagian dari cara berempati dan membantu korban bencana dan banjir.

Kita harus apresiasi dan salut atas pilihan Hatta untuk mendahulukan kerja untuk rakyat dan memilih tidak mengikuti elit politik lainnya. Posisi politik sebagai Ketua Umum di partainya dan sebagai calon presiden dari partainya yang sangat potensial tidak membuat Hatta gelap mata untuk melakukan pencitraan diri dan menomorduakan tugas-tugas kementerian. Alih-alih mencitrakan diri sebagai capres, Hatta justru selalu gemar memperlihatkan jurus mengelak jika mendapatkan pertanyaan-pertanyaan terkait kesediaan diri untuk mencalonkan diri dalam pilpres tahun 2014.

Hingga kini, Hatta masih lebih fokus dan berkonsentrasi pada tugas utamanya sebagai pejabat negara, pelayan masyarakat. Dia mengungkapkan, konsentrasi utamanya hanya pada persoalan ekonomi negara. Dia memiliki kewajiban untuk menjaga stabilitas ekonomi hingga pemerintahan berakhir. Sikap Hatta untuk tetap fokus dan konsentrasi pada tugas pokoknya sebagai Menko Perekonomian adalah sikap kepemimpinan visioner yang benar-benar mau berjuang untuk memajukan ekonomi bangsa untuk kesejahteraan rakyatnya.

Terbukti buah dari kerja keras dan fokus pada pekerjaannya adalah perekonomian Indonesia banyak dipuji oleh pihak asing karena stabil dan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Indonesia juga semakin dipercaya oleh para investor asing dan domestik untuk menanamkan modalnya. Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh di atas enam persen, setidaknya menjadi salah satu bukti nyata, jejak kepemimpinan Hatta.

Hatta telah menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam mengelola perekonomian, dan hasilnya pun sudah sangat baik. Masyarakat pun tentu semakin menaruh perhatian pada sosok asal Sumatera Selatan ini lantaran merekalah yang langsung merasakan manfaat dan dampak dari kemajuan ekonomi tersebut. Bagi kita, Hatta memberi sebuah contoh teladan bahwa jabatan sebagai menteri merupakan wahana untuk menunjukan keberpihakan kepada rakyat, bangsa, dan negara. Bukan justru dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan-kepentingan politik jangka pendek.

Prioritas utama Hatta adalah mengawal dan mengendalikan perekonomian Indonesia baik dan berjalan sesuai jalurnya. Kalau itu terjadi otomatis kesejahteraan rakyat makin meningkat. Hatta lebih memilih menyelesaikan tugas di bidang ekonomi secara paripurna untuk mengangkat kebangkitan Indonesia di abad ke-21 ini. Itulah sosok negarawan yang kerap mendahulukan kepentingan negara dan rakyat. Jadi, saya masih optimistis kedepan jika Hatta sudah bekerja untuk rakyat pasti akan berdampak pada kesukaan rakyat kepadanya dan parpolnya (PAN).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun