Ada sebuah pemandangan menarik , cukup janggal sekaligus tidak terlalu banyak mendapatkan ekspos ketika pada tanggal 09 Juni 2015, Prabowo Subianto mendatangi kantor Kementrian BUMN. Seperti diberitakan oleh detik.com, Prabowo mendatangi kantor Kementrian BUMN untuk memberikansaran, konsep, dan dukungan kepada Menteri BUMN Rini Soemarno. Menurut Prabowo, Rini menerima masukan darinya dengan baik.
Tapi, benarkah hanya itu yang menjadi perbincangan? Memang wajar jika ada seorang tokoh bangsa mendatangi tokoh lainnya untuk sekedar silaturahmi atau mkemberikan dukungan. Tapi untuk pertemuan ini, sepertinya tidak hanya itu yang dibahas. Melihat latar belakang Prabowo Subianto yang tidak hanya seorang patriot tapi juga pengusaha-bersama adiknya, Hasyim- pertemuan ini juga diyakini sebagai lobi pengusaha atas asset-aset perusahaan keluarga Prabowo.
Prabowo Subianto dan Hasyim Djoyohadikusumo mempunyai belasan perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Ada yang di bidang jasa keamanan, perkebunan dan hutan, batubara, perikanan dan lain sebagainya. Diantara beberapa perusahaan tersebut, sudah ada yang terekspos negatif, seperti tentang perusahaan Kertas Nusantara miliknya .
Ada udang dibalik batu, ada keinginan yang ingin disampaikan oleh Prabowo Subianto ketika bertandang ke kantor Kementrian BUMN. Usut punya usut, Prabowo mendatangi kantor Kementrian BUMN sebagai langkah follow up pertemuan pertama adiknya, Hasyim Djoyohadikusumo di gedung BNI. Prabowo Subianto meminta perpanjangan tenggat waktu hutang di beberapa perusahaannya agar tidak default (kegagalan untuk memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian, seperti lalai membayar pada saat yang diperjanjiakan).
Kenapa beliau mendatangi Rini? Karena kreditur terbesar dari perusahaan Hasyim ialah Bank Mandiri, yang notebene nya ialah bank milik BUMN. Apa kata Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN? Mengingat jasa Prabowo sebagai salah satu patriot Indonesia dan mempunyai jasa di bidang kemiliteran, Rini Soemarno membantu dengan berbagai pertimbangan sehingga ancaman defaultbisa terlepas.
Fadli Zon Yang Lupa dan Kelewatan
Lalu apa yang terjadi kini? Fadli Zon, wakil ketua DPR dari Partai Gerindra-partainya Prabowo-berkoar-koar minta Rini dilengserkan. Dia seakan menjadi lupa akan jasa-jasa dari Hasyim dan Prabowo dalam kehidupannya. Bagaimana dia bisa menjadi seperti sekarang, kurang lebihnya juga karena jasa keluarga Prabowo. Cerdasnya, sebagai seorang yang mewakili kepentingan partai di DPR, harusnya Fadli Zon bertindak cerdas dengan menahan komentarnya tentang isu-isu yang terjadi di Kementrian BUMN.
Apalagi setelah keluarga Prabowo menemui Rini untuk meminta perpanjangan tenggat waktu hutang. Apakah ada komentar Prabowo tentang isu pergantian menteri ini? Tidak ada. Sehingga ada yang janggal terhadap sikap Fadli Zon. Sekarang sepertinya dia tidak terlalu berseberangan dengan Megawati dan PDI-P, menyetujui langkah PDI-P yang menyerukan pencopotan Rini. Ingat! BUMN mempunyai aset yang sangat besar, sehingga siapapun yang memegang kendali atasnya, akan punya pengaruh besar atas aset tersebut.
Pada akhirnya, bola panas ada di tangan Presiden Jokowi. Setidaknya hanya Rini, menteri yang tidak “bertuan” kepada ketua partai. Bos Rini Soemarno adalah Presiden RI. Bila tidak ingin BUMN-lahan basah yang sangat diincar berbagai politikus-jatuh ke tangan yang salah sehingga malah mereduksi kekuatan dari Presiden pilihan rakyat Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H