Bapak dari empat orang anak ini sebelum memasuki dunia kemiliteran juga aktif mengikuti berbagai bidang olahraga semasa muda. Menggeluti beberapa cabang olahraga seperti renang, karate, judo dan terjun paying, menjadikannya atlet renang perwakilan dari provinsi Riau kala itu dan meraih medali dalam ajang Pekan Olahraga Nasional di Bandung. Karena dinilai piawai dalam melakukan negosiasi, Luhut diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura pada kepemimpinan mantan presiden B.J. Habibie pada tahun 1999 yang mengawali langkahnya memasuki dunia pemerintahan.
Tapi sebelum masa jabatannya berakhir beliau ditarik oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia. Walaupun hanya setahun menjabat, karena singkatnya kepemerintahan Gus Dur pada saar itu, Luhut menjaga etika dan menolak tawaran untuk memperpanjang masa jabatannya. Sebelum meneruskan karirnya dibidang pemerintahan, Luhut focus selama kurang lebih 13 tahun dalam dunia bisnis dengan mendirikan PT Toba Sejahtera Group yang bergerak dibidang energi dan pertambangan. Dan mengembangkan sayap bisnisnya pada bidang greenflied yakni dengan medirikan PT Indomining pada tahun 2007, dilanjutkan dengan PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) pada tahun 2008. Kemudian, pembangunan PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dimulai pada tahun 2011.
Lalu dari sekian banyak prestasi dan bisnis yang membuat nama Luhut Binar Panjaitan melambung, apa yang menjadikannya dekat dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo? Yap pada pemerintahan Jokowi beliau awalnya diangkat mejadi Kepala Staf Kepresidenan Indonesia. Salain itu dia juga sangat dekat dengan Setya Novanto sejak sama sama berkarir dalam partai Golkar. Sama sama memiliki peran penting dalam pemerintahan, SN dan LBP seolah memanfaatkan jabatannya demi “merayu” Jokowi untuk meneruskan kontrak dengan PT Freeport.
Nama Luhut disebut-sebut paling banyak muncul dalam perbincangan kotor SN dan RC yakni sekitar 66 kali. "Kalau gua, gua bakal ngomong ke Pak Luhut janganlah ambil 20%, ambillah 11% kasihlah Pak JK 9%. Harus adil, kalau enggak ribut", dalam dialog ini Reza mengungkapkan seolah 20% aset dari Freeport untuk kepentingan pribadi Jokowi dan JK. Luhut dan Setya Novanto sebenarnya pasangan politisi dan militer yang kompak dan bagus jika digunakan semestinya demi memajukan pemerintahan. Tapi kenapa nama mereka malah muncul dalam kasus yang ga pantas dilakukan elit politik dimasa krisis ekonomi seperti ini?
Tindakan mereka seakan mencerminkan bahwa semua pemerintah itu sama busuknya, tidak ada lagi yang benar-benar membela kepentingan rakyatnya. Sebenarnya Jokowi juga mulai mewaspadai Luhut semenjak pembahahasan APBN 2016, disitu Luhut dan SN sama sama tidak setuju untuk peluncuran dana PMN untuk kepentingan BUMN. Padahal kalau kita lihat PMN ini digunakan untuk investasi Negara. Selain itu Luhut juga dikabarkan loyal dengan Mega yang notabene dianggap “mengatur” Jokowi sejak dia menjabat menjadi Presiden.
Sepertinya memang rakyat Indonesia sudah tidak punya pegangan lagi didunia pemerintah. #SaveKabinetJokowi #PolitikusBusuk vs #ProfesionalKerja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H