Mohon tunggu...
Isma Savitri
Isma Savitri Mohon Tunggu... profesional -

bachelor degree japanese literature padjadjaran university, freelance writer and reporter, and cultural division staff of The Japan Foundation Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cinta di Balik Makam Mumtaz Mahal

10 Februari 2012   05:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50 4871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah cinta ini dimulai saat Pangeran Khurram (14), putra dari Jahangir sang raja India, yang tidak sengaja bertemu pandang dengan Arjumand Banu Begum (15), putri seorang perdana menteri Persia, di sebuah bazaar di Meena. Pangeran Khurram yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Arjumand Banu lantas mengutarakan keinginannya untuk menikahi Arjumand Banu kepada ayahnya, Raja Jahangir. Sang raja cukup heran, karena pada saat itu bagi keluarga kerajaan jarang terjadi pernikahan yang hanya dilandaskan oleh cinta. Raja Jahangir menyetujuinya setelah tahu bahwa Arjumand Banu adalah keponakan dari Nur Jahan, istri favorit sang raja. Arjumand Banu adalah gadis cantik dan pintar yang tumbuh di lingkungan keluarga aristokrat. Dia mempelajari Islam dan Al-Quran, dan dia juga memahami kisah para Nabi. Pendidikan lainnya banyak dia dapat dari ayah dan tantenya, Nur Jahan. Pangeran Khurram sendiri terkenal mahir berperang di usianya yang masih belia. Tidak hanya memiliki wajahnya yang rupawan, dia juga mahir bersajak dan memiliki suara yang indah. Selain itu kemampuannya menggambar kaligrafi Al-Quran juga sudah tersebar luas. Dia juga mempelajari ilmu arsitektur sejak muda, menempatkan dirinya di posisi yang layak sebagai putra mahkota. Setelah lima tahun penantian, akhirnya Pangeran Khurram menikahi Arjumand Banu pada tahun 1612. Meskipun Arjumand Banu adalah istri ketiga yang dinikahi oleh pangeran, dia adalah satu-satunya cinta sejati sang pangeran. Pada tahun 1628 Pangeran Khurram naik tahta dan berganti nama menjadi Shah Jahan, sedangkan Arjumand Banu berganti nama menjadi Mumtaz Mahal. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan baik, hingga pada tahun 1631 Mumtaz Mahal meninggal setelah melahirkan anak ke-14 mereka. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Mumtaz Mahal meminta agar Shah Jahan berjanji atas empat hal padanya: Membangung sebuah monumen yang indah di atas makamnya; Tidak menikah lagi; Membesarkan 14 putra-putrinya dengan baik; dan Rutin mengunjungi makamnya. Tahun itu juga Shah Jahan memulai pembangunan Taj Mahal. Meskipun begitu, selama dua tahun pertama Shah Jahan lebih banyak mengurung diri di kamarnya menangisi kematian istri tercinta, sampai akhirnya pada tahun 1633 dia bangkit dan mempercepat pembangunan Taj Mahal sebagai tanda keabadian cintanya. Dibangun dalam kurun waktu 22 tahun oleh sekitar 20.000 pekerja dan mengandung 500 kg emas, Taj Mahal menjadi bangunan paling indah di seluruh dunia yang dilatarbelakangi oleh kisah cinta antara dua manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun