Selama dua tahun terakhir, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Fitri tanpa mengakhiri pandemi Covid-19. Suasana liburan, biasanya diekspresikan sebagai kegembiraan dan simbiosis, harus dijalani sepenuhnya demi keamanan bersama. Idul Fitri yang dipadati dengan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan paksa umat Islam dan kini terpaksa hidup sesuai protokol kesehatan yang ketat.Â
Bagi umat Islam di Indonesia, Idul Ada identik dengan pulang ke rumah orang-orang yang urbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar dan lainnya.Â
Pemerintah dan seluruh jajarannya bekerja keras untuk memastikan bahwa upacara tahunan berjalan dengan lancar dan tidak merepotkan. Pada titik ini, semuanya sudah siap, tidak perlu melakukan reservasi atau datang tanpa bertanya.Â
Dari sudut pandang etika, orang muda harus mengunjungi orang yang lebih tua. Setiap orang berusaha untuk membuat kesan terbaik. Membeli baju baru untuk bertemu tamu atau mengunjungi kerabat. Kue-kue lezat disiapkan sebagai makanan ringan. Pada umumnya membersihkan rumah yang kotor sebelum Idul Adha.Â
Idul Fitri menjadi hari raya terbesar di Indonesia. Berbagai prosesi ibadah dan pertemuan dengan intensitas yang tinggi ini menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan kasus Covid19, karena itu pemerintah melarang mudik dengan melakukan penyekatan di berbagai tempat yang biasanya menjadi jalur transportasi pemudik.Â
Namun, pandemi ini memaksa kita semua untuk mengubah kebiasaan hidup kita seharihari, baik sebagai individu atau kelompok demi keamanan bersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H