Mohon tunggu...
Vivi NofitaSari
Vivi NofitaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini dengan Adanya Pembelajaran Daring

18 November 2020   00:59 Diperbarui: 18 November 2020   01:13 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan adanya virus corona maka dari kementrian pendidikan dan kebudayaan tentang pelaksaan kebijakan pendidikan dimasa pandemic covid-19 menentapkan adanya pembelajaran daring  yaitu proses belajar yang dilaksakan dirumah saja.

Pengertian dari Coronavirus sendiri adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai gejala ringan sampai berat. Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi system pernafasan. Pada banyak kasuss, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernafasan ringan, seperti flu. Namun virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernafasan berat, seperti infeksi paru-paru. Di Indonesia, masih melawan virus corona hingga saat ini, begitupun juga di negara negara lain. Jumlah kasus virus corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan virus corona dengan gejala flu.

Dengan demikian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Melihat kondisi sistem pembelajaran saat ini, banyak ditemukan perkembangan sosial emosional anak kurang sedikit berkembang karena adanya pembelajaran daring yang dilakukan dirumah, anak tidak bisa maksimal berkomunikasi bersama teman teman dan para guru secara langsung. Apalagi dengan orang tua yang pekerja

Sedangkan perkembangan sosial emosional anak tidak bisa dipisahkan dengan adanya pertemuan tatap muka karena anak usia dini belajar dari apa yang dilihat dan didengar, anak usia dini juga masih dalam tahap meniru karena pada dasarnya anak usia dini itu belajar sambil bermain,

Pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka secara langsung disekolah selain memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan aspek sosial emosional, juga memberikan dampak positif pada aspek bahasa. Namun beberapa bulan terakhir, sebagai akibat penyebaran wabah Covid-19 diseluruh dunia, termasuk Indonesia, terjadi perubahan sistem pembelajaran, sehingga membuat proses pembelajaran di taman kanak-kanak tidak lagi dilakukan secara langsung. 

Secara resmi pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan Surat Edaran No 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang menetapkan bahwa sejak tertanda 24 maret 2020 secara resmi proses pembelajaran pada semua jenjang pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini melakukan proses pembelajaran dari rumah melalui sistem pembelajaran daring.

Aspek perkembangan sosial dan aspek perkembangan emosional merupakan aspek yang saling berhubungan. Hal ini karena perkembangan sosial berkaitan dengan kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perkembangan emosional terkait dengan kemampuan anak mengelola emosi secara efektif ketika berinteraksi (Santrock, 2014). Anak-anak yang memiliki perkembangan sosial emosional yang baik cenderung memiliki perhatian yang lebih baik dan memiliki sikap agresif yang lebih rendah terhadap orang lain (Sjoe & et al, 2018).

Dengan adanya manfaat positif dari aspek sosial emosioanal terhadap perkembangan anak, maka aspek ini harus dikembangkan sejak usia dini. Namun, pencapaian aspek perkembangan sosial emosional merupakan salah satu aspek yang paling besar mengalami penurunan. Hampir semua guru menyatakan bahwa pencapaian perkembangan sosial emosional anak mengalami penurunan, terutama pada lingkup perkembangan prososial. 

Penurunan pencapaian perkembangan prososial ini kemungkinan terjadi karena selama daring anak tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain khususnya guru dan teman-temannya, padahal untuk pencapaian perkembangan prososial melibatkan interaksi yang responsif secara positif terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain (Toseeb, 2017). 

Anak-anak yang mengikuti pembelajran daring mengalami perkembangan sosial yang kurang baik pada beberapa aspek, seperti kurang dapat menerima keragaman atau multikultural dan juga memiliki toleransi yang rendah kepada orang lain (Rahma, Lestari, & Nugroho, 2018). Sebaliknya, anak-anak yang terlibat pembelajaran di sekolah secara langsung memiliki perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik (Novitawati & Khadijah, 2018), memiliki perilaku eksternalisasi yang lebih rendah, serta mengalami gejala depresi dan kecemasan yang juga lebih rendah (Hernndez et al., 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun