Yogyakarta -- Sejenak mengenang perjuangan seorang pahlawan nasional Indonesia di Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman yang terletak di Jl. Bintaran Wetan, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Minggu (12/6). Seperti makna yang terkandung dalam kata "Sasmitaloka" dalam bahasa Jawa, Sasmita yang berarti pengingat dan Loka artinya tempat. Jadi Museum Sasmitaloka adalah tempat yang mengingatkan kita akan perjuangan Jenderal Sudirman dalam memerdekakan Negara Indonesia.
"Di dalam museum terdapat banyak peninggalan barang yang digunakan dan medali Jenderal Sudirman. Tempatnya sejuk, tidak dipungut biaya sepeser pun. Bapak penjaga museum pun ramah kepada pengunjung. Selain itu juga, tata letak dan ruangannya rapi dan mudah dipahami" tutur salah satu pengunjung museum, Anggraini Putri.
Museum ini dahulunya adalah kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga ketika menjabat sebagai panglima tertinggi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Kemudian beralih fungsi mejadi museum setelah mengalami beberapa kali peralihan fungsi. Museum ini di kelola oleh TNI Angkatan Darat yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata DIY.
Pengunjung yang berdatangan mulai dari berbagai kalangan seperti siswa, mahasiswa, personel TNI/Polri, serta masyarakat umum baik yang berasal dari Yogyakarta maupun luar daerah. Saat pandemi suasana museum cukup sepi dikarenakan sedikitnya pengunjung yang datang. Akan tetapi tidak mengurangi nilai sejarah yang terdapat di dalam museum.
Menurut Anggraini Putri, Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman cocok di jadikan sebagai napak tilas untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kisah perjuangan beliau untuk kemerdekaan Indonesia. Ketika memasuki museum kita akan di sambut oleh replika patung Jenderal Sudirman dan beberapa perabotan yang pernah di pakai beliau. Jumlah koleksi yang terdapat di dalam museum sangat banyak mulai dari tanda penghargaan, radio, alat makan, jubah, tempat tidur, kendaraan, dan lain sebagainya. Suasana museum masih lekat dengan suasana rumah jaman dahulu dan tidak banyak mengalami perubahan. Selain peninggalan Jenderal Sudirman, ada beberapa peninggalan Belanda dari hasil rampasan perang yang tersimpan di museum seperti Meriam dan senapan. Bahkan di museum tersimpan ranjang rumah sakit dan kursi roda yang digunakan ketika beliau jatuh sakit.
Salah satu ruang yang menjadi daya tarik tersendiri adalah ruang diorama. Dalam ruangan tersebut pengunjung dapat menyaksikan pemandangan 3 dimensi yang dibuat seperti kejadian aslinya, sehingga memudahkan pengunjung untuk mengerti akan perjalanan dan perjuangan Jenderal Sudirman pada masa itu.
Hingga kini akses masuk museum tidak di pungut biaya sepeser pun, pengunjung wajib melapor ke petugas penjaga museum untuk mengisi data kunjungan. Lokasi museum juga berada di tengah kota Yogyakarta dan mudah untuk di akses, jam kunjungan di mulai dari pukul 08.00-15.00 WIB pada hari Selasa-Minggu dan libur di hari Senin. Fasilitas yang tersedia di dalam museum cukup memadai sudah tersedia kamar mandi, Mushola, dan tempat parkir motor maupun mobil yang cukup luas serta lingkungan yang bersih dan nyaman. Akan tetapi museum perjuangan ini belum di lengkapi akses multimedia, harapannya Lembaga pengelola dapat menambahkan akses multimedia mengikuti seiring perkembangan zaman.
Melihat dari peninggalan-peninggalan bersejarah Jenderal Sudirman seperti dokumentasi perjuangan kemerdekaan, rute perang gerilya, hingga piagam penghargaan beliau terlihat tidak mudah untuk memperjuangkannya. Akan tetapi dengan semangat juang beliau yang tidak pernah pudar menghantarkan kepada apa yang menjadi tekad perjuangan dalam memerdekakan Indonesia.
Di museum ini, dapat kita rasakan kebesaran jiwa Jenderal Sudirman, bukan karena gelar diploma dan pendidikannya maupun harta kekayaan dan status kebangsawanannya. Akan tetapi karena komitmennya pada perjuangan yang mencapai pengakuan kemerdekaan.