Mohon tunggu...
Vivi Pipi
Vivi Pipi Mohon Tunggu... -

vivi sukses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanda Tanya

14 Juli 2014   14:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seribu pertanyaan mengalir dalam benakku. Diammu yang membuatku harus berfikir keras dan mencari jawaban untuk kelanjutan hubungan ini. Keadaan yang kurasa terlalu menyakitkan untuk diteruskan. Namun, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini hanya ujian tuhan. Meskipun jujur dalam hati aku capek dengan ketidakpastian ini.

“Gak usah mikir yang aneh-aneh. Aku hanya ingin fokus kerja dan kuliah! Hp aku geletakin. Gak mikirin hp aku”. Fonisnya kala itu ketika aku mulai marah dan memuntahkan unek-unekku. Oke, aku bisa terima hal itu. Namun, aku tak kuasa sedetikpun tanpa kabar darimu. Tapi sepertinya kamu gak pernah sadar akan hal itu. Kamu bisa saja fokus kuliah dan kerja, tapi kamu melupakan satu hal yakni keberadaanku sebagai calon istrimu. Wanita, dia hanya butuh perhatian bukan pengemis perhatian.

Namun keadaan ini begitu sulit, teramat sangat sulit saat kamu tiba-tiba meminta hari pernikahan diundur. Juga dengan perubahan sikap kamu yang lebih sering marah dan mengungkit-ungkit biaya kuliah dan biaya pernikahan. Lebih sulit lagi saat kamu mulai jarang menghubungiku, untuk sekedar sms pun jarang. Aku ada, tapi seperti tiada dalam kehidupanmu.

“Hmm, ya udah aku diem aja kalau kamu marah-marah terus” ungkapnya melalui sms ketika aku marah dan meminta kejelasan hubungan ini. Ya tuhan, aku tak tahu dimana letak kesalahanku? Aku terlalu capek. Untuk marah dan ingin mengungkapkan unek-unek pun tiada respon. Dan aku harus menguatkan hatiku sendiri untuk bisa mempertahankan hubungan ini. Yakinlah bahwa cinta itu ada.

Hidupku bagai buah simalakama. Tidak mungkin memutus hubungan yang hampir mendekati pelaminan ini hanya karena untuk memenangkan keegoisanku. Tapi, menjalani hubungan yang tak sehat ini juga tak kuasa ku lanjutkan. Siapapun wanita didunia ini, pasti mereka ingin diperhatikan dan dianggap. Terutama kalian para wanita yang membaca tulisan ini. Apa yang kalian rasakan ketika cinta dan perasaan kalian tak dihiraukan? Apa yang harus kalian lakukan ketika marah untuk mengungkapkan unek-unek pun tiada dihiraukan? Apa yang kalian rasakan ketika pujian, umpatan, rasa kekecewaan yang kalian luapkan pun tak dihiraukan? hanya dibalas dengan ucapan “Maaf, aku sibuk. Hp juga tak aku hiraukan”. Sibuk? Sibuk macam apa yang dia lakukan? Tuhan, kenapa aku terus mengeluh? Aku hanya capek tuhan. Oke, harus tetap husnudzon dan melapangkan hati. Tuhan gak pernah tidur. Tuhan tahu apa yang terbaik untukku. Tuhan adalah sutradara yang paling benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun