Saya bukan fotografer, predikat itu terlalu berat dan mewah untuk saya, dan pantas disandang oleh mereka, para pengguna kamera berkelas, yang mumpuni perihal fotografi beserta istilah-istilahnya yang selalu sulit saya hafalkan. Kalau istilah para master foto di grup, saya “newbie”. Saya hanya seorang ibu, yang senang memotret, untuk mengabadikan banyak hal mengagumkan dalam hidup keseharian saya. Bekal saya hanya kamera kecil yang ringan dan tidak akan memberatkan bahu saya. Bagi saya pribadi, fotografi adalah kehidupan yang terus berjalan. Dan itu adalah saat saya memotret ekspresi wajah putri saya ketika ia membuka hadiah ulang tahunnya dulu saat dia masih kecil, atau wajah cerianya saat dia naik sepeda untuk pertama kalinya, atau anjing tetangga yang setinggi anak kuda, atau wajah laotse, guru taichi saya, atau sekrup warna-warni di rumah ibu saya, atau apa pun juga. [caption id="attachment_222778" align="aligncenter" width="512" caption="Sanur, Bali (Dok. Pribadi)"][/caption] Dan memotret, adalah menghentikan waktu, membuat dunia berhenti berputar. Siapa pun juga orangnya, ketika dirinya mengabadikan waktu dengan memotret seseorang, tempat, atau pun suatu benda, berarti telah menciptakan sesuatu yang luar biasa. Maka, memotret suatu obyek, sejatinya bukan hanya menghasilkan sebuah foto yang memuaskan kreatifitas, tapi juga memperkaya pengalaman hidup. Oleh karenanya, maka fotografi adalah juga :
- Bepergian dan lebih mensyukuri alam.
- Berperhatian terhadap lingkungan sekitar.
- Melihat dunia lebih artistik, karena mengamati banyak hal seperti cahaya, bayangan, dan refleksi.
- Membagikan pengalaman-pengalaman Anda kepada orang lain, baik teman-teman, maupun keluarga
Sepengalaman saya, memperoleh foto yang cantik bukan melulu urusan keberuntungan, perangkat lunak yang di gunakan untuk editing foto, atau pun jenis kamera yang digunakan. Saya harus berada “di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat” untuk menangkap cahaya matahari terbenam, atau foto kupu-kupu yang mempesona. Ketika memutuskan untuk memotret sesuatu, saya tentu harus mengatur waktu dan tempat terbaik, serta membawa kamera kemana pun dan kapan pun agar siap memotret pada saat dibutuhkan. Saya tahu dan mengerti, banyak fotografer begitu terpesona dengan perangkat, mereka menghabiskan waktu untuk melihat katalog dan mempelajari berbagai fitur kamera canggih atau lensa yang membuat hasil foto menjadi lebih hebat. Memang benar, perlengkapan dan kamera yang digunakan itu memegang peranan penting untuk kualitas gambar yang dihasilkan. Tapi saya termasuk orang yang percaya, bahwa memiliki kamera yang hebat tidak menjamin seseorang akan memperoleh foto-foto yang hebat. Perangkat itu memang menolong anda, tapi seni yang sesungguhnya ada pada diri anda sendiri. Bagaimanapun, kotak hitam berlensa itu tidak akan bisa menghasilkan foto tanpa ada seseorang di belakangnya. [caption id="attachment_222780" align="aligncenter" width="640" caption="Butterfly Parc, Cambodia (Dok. Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H