Mohon tunggu...
Vivera Siregar
Vivera Siregar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer. Tutor fotografi. Guru bahasa Perancis

http://viverasiregar.wordpress.com/ https://www.instagram.com/viverasiregar/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(Not) The end of the world

23 Desember 2012   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356306339553378789

[caption id="attachment_223559" align="aligncenter" width="600" caption="sunrise in the hill (Dok. Pribadi)"][/caption] Duduk di pagi hari dan minum secangkir teh, mendengarkan suara lembut Skeeter Davis menyanyikan hit-nya dulu "The end of the world" rasanya indah sekali. Saya suka lagu itu. Selain karena memang enak didengar, lagu tersebut selalu memberi saya energi positif. Lha, kok bisa? Bukannya lagu itu bercerita tentang patah hati ditinggal kekasih? Mungkin. Kalau didengarkan dengan seksama, di akhir lagu memang ada cerita sedih karena sang kekasih "gone with the wind". Tapi saya tidak berkonsentrasi disitu sih, saya lebih suka berkonsentrasi pada bagian awal lagu ini. Barangkali saya memang lebih suka awal daripada akhir. Itu sebabnya saya lebih suka sunrise daripada sunset. Bagi saya, sunset kok kesannya sedikit menyedihkan, menutup hari, lalu gelap. Sementara sunrise adalah hari baru yang menjanjikan, dengan harapan sesuatu yang baik tentunya. Kembali pada awal lyric lagu Skeeter Davis "why does the sun go on shining". Ternyata matahari tetap bersinar, burung-burung tetap bernyanyi, dan semuanya berjalan seperti biasa. Jadi, masalahnya ada pada diri saya, yang hancur lebur patah hati ditinggal kekasih. Ya, seringkali begitu. Ketika masalah hadir dalam kehidupan, kita merasa dunia runtuh menimpa, semua hancur berantakan, tak ada semangat, makan rasa sekam, minum rasa duri. Padahal, ya seperti dibilang tadi, matahari terbit itu indahnya luar biasa, anak kecil berlarian di depan rumah itu sangat lucu, pasir pantai itu sangat lembut menyentuh kaki, embun pagi di daun itu cantik sekali. Melihat semua itu sesungguhnya menyenangkan. Memperhatikan itu semua memang tidak menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, tapi dengan menyadari itu semua, setidaknya kita tidak melulu berkonsentrasi pada masalah, dan mungkin malah bisa lebih tenang dan jernih melihat masalah sehingga lebih berkonsentrasi pada solusi ketimbang pada masalahnya. Memang, tidak mudah untuk tetap berada dalam kondisi "menyadari saat ini" di saat menghadapi masalah, tetap sadar tempat berpijak, tak larut ke masalalu atau pun terlalu berpikir jauh ke depan. Tapi sesuatu yang tidak mudah bukan berarti tidak bisa dilakukan. Saya ingat tulisan yang pernah saya temukan di secarik kertas lusuh: "the end is new beginning..." Disaat saya patah hati, ternyata matahari masih terbit dengan cemerlang di ufuk timur, dan burung-burung  berkicau dengan riang, it's not the end of the world.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun