Kertas merupakan kebutuhan pokok manusia modern saat ini. Hampir di segala instansidi semua sendi kehidupan menggunakan kertas. Mulai dari tulisan, wadah/tempat produk, seni, hiburan, dan sebagainya.
Namun, penggunaan kertas yang sedemikian banyaknya mengakibatkan banyak pohon yang ditebang untuk dijadikan kertas. Belum lagi manfaat lain pohon bagi manusia yang juga menyebabkan ‘hilangnya’ pohon secara drastis dari muka bumi ini. Padahal, selain kayunya yang dikonsumsi manusia, kita juga(pasti!) membutuhkan oksigen yang disuplai oleh tumbuhan. Lagipula, kertas yang sudah kita pakai akan menjadi sampah yang jika kita tidak jeli memanfaatkannya kan terbuang sia-sia. Sayang bukan?
Maka, mari manfaatkan sampah kertas!
Caranya?
Ada banyak. Salah satunya adalah dengan mendaur ulang kertas. Jika belum tahu, caranya tinggal cari di mesin pencari dengan kata kunci ‘membuat kertas daur ulang’ dan ya, ada hasilnya. Banyak.
Dari prosedur mendaur ulang kertas tersebut, mayoritas(kalau tidak semua) situs menyebutkan kalau kita butuh benda yang dinamai screen sablon untuk mencetaknya dan Anda tidak tahu itu benda apa. Anda tidak tahu apa itu screen sablon? Ya sudah, saya sendiri juga tidak tau. Kita seri. Tos!
Nah, kemarin saya mencoba membuat kertas daur ulang dengan modal nekat :
- kertas bekas apa saja, tapi yang saya pakai itu tiket Trans Semarang yg saya kumpulkan berbulan-bulan, kertas coret-coretan MaFiA(Matematika, Fisika, kimia), kertas penyumpal sepatu yang baru saja saya beli, dan kertas diari yg saya sobek-sobek.
- ember atau baskom, yang penting bisa untuk menampung zat cair.
- pisau plastik atau penggaris untuk meratakan.
- air.
- saringan teh yang rapat.
- papan bekas.
- kain bekas non kaos. Ada dua. Kain yang lebar untuk menutupi papan bekas sampai papan bekas tertutup semua. Supaya tidak lepas Anda dapat menggunakan lakban. Kain yang satunya lagi(tidak harus lebar) untuk memeras bubur kertas.
- daun pandan, ini opsional. Salah satu situs yang saya jadikan acuan praktek membuat kertas daur ulang menyebutkan kalau pandan bisa dipakai sebagai pewarna hijau alami dan ternyata itu tidak benar. Sewaktu saya mencobanya sendiri, pandan bisa mengharumkan kertas(tapi aromanya samar) dan memberi ‘ornamen’ berbintik warna hijau di kertas yang sudah jadi.
- cobek milik ibu saya. Mortar juga bisa (bagi yang punya). Sebenarnya saya mau pakai blender sih. Tapi, berhubung blender susah dibersihkan dan makan energi listrik, akhirnya saya pake cobek. Lumayan, bisa buat olahraga tangan.
- tepung kanji(yang murah). Bisa diganti sama lem kertas ataau lem kayu. Apapun perekatnya, tepung kanji/lem ini harus diencerkan dahulu dengan air supaya tidak menggumpal.
- panci. Kalau bisa pakai panci bekas supaya tidak kebingungan kalau mau masak.
- kompor.
- sendok dan sendok yang lainnya.
- wadah dan wadah yang lainnya.
Sekarang, cara membuatnya itu seperti ini:
1. Masukkan kertas ke dalam air, sobek hingga menjadi serpihan kecil yg mirip bubur kertas, rendam semalaman untuk memudarkan tintanya,
2. Saring buburnya dengan saringan teh. Ambil ampasnya (bubur kertasnya) lalu diperas sampai mengeras jadi ‘batu’kertas,
3. Kumpulan batu kertas ini kemudian ditumbuk dengan cobek. Walhasil, batu kertas yg ditumbuk akhirnya jadi bau bawang,
4. Isi panci dengan kertas yang ditumbuk tadi, air, daun pandan yang sudah diulek, dan tepung kanji yg dicampur air dengan takaran sesuka hati(saya lupa). Didihkan di atas kompor sambil terus diaduk sampai menghasilkan bubur kertas yang encer dan wangi dengan tekstur agak lengket seperti lem. Oh, iya, jika ditambahkan pandan, aroma bawang yang menempel di kertas dapat dinetralisir,
5. Bubur kertas diperas pakai kain sampai tidak terlalu encer. Letakkan di atas papan yg udah ditutupi kain,
6. Bubur kertasnya lalu diratakan dengan tangan atau dengan pisau plastik(supaya semakin halus) sampai rata,
7. Angin-anginkan sampai kering. Jangan dikeringkan di bawah sinar matahari langsung supaya kertas tidak bengkok saat kering. Usahakan juga pengeringannya tidak menggunakan supaya tidak memakan energi listrik,
8. Kering deh! Klotok(baca:lepaskan) kain dari kertas secara perlahan. Supaya lebih mulus silakan disetrika.
Hasil kertas daur ulangnya dapat Anda olah lagi sesuai selera. Kalau saya, kertas daur ulangnya saya jadikan sebagai isi binder.
By the way, postingan saya tentang daur ulang ini merupakan postingan pertama saya di Kompasiana, lho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H