Beberapa hari yang lalu ketika saya memberi pupuk tanaman jagung yang saya tanam sekitar 2 minggu yang lalu di sawah, tiba-tiba saya teringat dengan seseorang yang bernama Jamil Azaini. Beliau adalah seorang "Insinyur Pertanian". Kisah pahit hidup beliau dari masa-masa sulit sampai sukses saya ketahui dari acara Kick Andy yang di tayangkan METROTV pada bulan Ramadhan lalu,lebih tepatnya pada tanggal 4 Juli 2014.
Merasa kurang puas melihat dan mendengarkan acara di station TV tersebut karena kegaduhan saudara-saudara di rumah, saya mencoba mencari tayangan acara tersebut di situs www.youtube.com. Setelah beberapa menit saya mencari di mesin pencari dengan mengetik beberapa kata kunci. Alhamdulilah saya menemukannya, dan tak berfikir panjang, saya langsung klikmenudownload this video. Merasa kisah hidup beliau sangatlah inspiratif. Saya mencoba menuangkan tayangan tersebut dalam coret-coretan tulisan di bawah ini.
Ir. Jamil Azaini dilahirkan 48 tahun yang lalu di Purworejo, Jawa Tengah. Semasa hidupnya sebelum beliau menjadi seorang Insinyur Pertanian, beliau pernah di bully (dilecehkan, diejek, dihina, dan diolok-olok), baik oleh teman sekolahnya, masyarakat, maupun gurunya sendiri. Beliau sering di bully karena kondisi ekonomi keluarganya. Bahkan, keluarga Jamil Azaini menduduki peringkat ke-2 orang termiskin di kampungnya.
Inspirasi beliau ingin menjadi Insinyur Pertanian datang ketika beliau tinggal di dekat perkebunan karet di Lampung. Ketika itu, orang yang di kagumi, orang yang menjadi suri tauladan, dan orang yang sering di dimintai bantuan di sana adalah administrator kebun. Dan hampir semua administrator kebun di sana adalah Insinyur Pertanian. Maka dari itu beliau ingin menjadi Insinyur Pertanian.
Semasa sekolah, ketika duduk di bangku SD, beliau sering di bully oleh teman-temannya, secara fisik maupun perkataan. Bahkan gurunya pun juga pernah mem-bully Jamil meskipun hanya perkataan (“Mil, kalau punya cita-cita jangan tinggi-tinggi!!! Itu bagaikan punguk merindukan bulan”). Merasakan pahitnya di bully Jamil rasakan mulai SD sampai SMA. Namun, semasa SMA Jamil sudah tidak merasa tersiksa karena beliau sudah mempunyai obat penangkalnya. Obat penangkalnya beliau dapat ketika beliau duduk di bangku kelas 6 SD dari bapaknya.
Suatu hari ketika beliau di-bully oleh teman-temannya dan menceritakan kejadian tersebut kepada bapaknya, beliau diajak bapaknya ke ladang untuk menanam jagung. Bapaknya yang melubangi dan Jamil yang memasukkan benihnya, kemudian menutupnya dengan tanah.
Bapaknya kemudian bertanya jawab kepada Jamil:
Bapak: "Mil, kenapa jagung ini ditutup tanah?"
Jamil: "Ya ndak tau pak, kan kasihan pak jagungnya berat menahan tanah." Kenapa di tutup tanah?"
Bapak: "Ya kalau ndak ditutup tanah, nanti dimakan burung, dimakan ayam."
Jamil: "Ya tapi kan kasihan pak ditutup tanah, berat."
Kemudian Bapaknya memberikan pelajaran kepada Jamil yang tidak pernah dilupakan Jamil sampai sekarang dan menjadi obat ketika di bully teman-temannya:
"Nak, jagung ini jika tidak ditutup, nanti dimakan burung, dimakan ayam. Artinya apa nak…??? Ini seperti hidup kita, seperti hidup kamu. Sekarang kamu disiksa, dihina. Tahan nak…!!! Nanti kamu akan tumbuh. Begitu kamu akan tumbuh, jangan lupa disiram, dan dipupuk. Disiram itu artinya ditambah ilmu, dipupuk itu artinya kamu harus banyak berteman…!!! Tapi diantara teman-temanmu itu, mungkin nanti ada teman-temanmu yang meledek, mengolok-olok, dan sebagainya. Nah, teman-teman yang meledek, mengolok-olok dan menghinamu, anggap sebagai pupuk kandang buat kamu."
Setelah bapaknya berkata begitu kepada Jamil kemudian bapaknya bilang, “Mil…!!! Kenapa kamu sering di hina, sering di caci maki…??? Karena selain kita miskin, kamu juga tidak mempunyai prestasi”. Semenjak itulah, Jamil lebih giat lagi untuk belajar dan pada akhirnya mendapatkan peringkat pertama waktu duduk di bangku kelas 6 SD.
Duduk di bangku SMP Jamil sekolah dengan biaya sendiri dengan mencari getah karet, masuk SMA bapaknya hutang kesana kemari untuk membiayai Jamil dan Kakaknya. Merasa hutangnya sudah banyak, Bapaknya berkata kepada Jamil, “Mil, setelah ini berhenti dulu ya…??? Tidak usah kuliah…!!! Hutang bapak sudah banyak. Bapak sudah tidak sanggup membiayai kamu kuliah”.
Keesokan harinya ketika Jamil berada di sekolah. Temannya bilang,”Mil, kamu dicari Pak Darto”. Pak Darto adalah wakil kepala sekolah di SMA nya. Jamil pun menghampiri Pak Darto. “Mil, kamu satu-satunya siswa yang diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes”. Kata Pak Darto. Dalam surat undangan tersebut, persyaratan yang belum dimiliki Jamil adalah surat kelakuan baik dari kepolisian atau SKCK dan uang Rp. 150.000,00.
Jamil pun pulang mengayuh sepeda dengan perasaan senang dan menyampaikan surat panggilan tersebut kepada bapaknya. Membaca surat panggilan tersebut, bapaknya berubah pikiran dari yang kemarin melarang Jamil, sekarang menyuruh Jamil untuk kuliah. Tidak mau berfikir panjang, bapak Jamil langsung mengajak Jamil untuk mencari pinjaman uang.
Beberapa rumah Jamil dan bapaknya datangi hingga di datangi lah orang terkaya di kampungnya. “Pak, anak saya mendapat panggilan kuliah di IPB, ini surat panggilannya. Dalam surat panggilan ini, anak saya disuruh membawa uang Rp. 150.000,00, tolong pinjami saya uang Rp. 300.000,00”. Kata bapak Jamil . Dengan nada tinggi, orang kaya tersebut membentak bapak Jamil, “Kalau sudah miskin ya miskin, ndakusah blagu, miskin aja blagu apalagi kaya. Sekali miskin ya tetap miskin sampai hari kiamat”. Mendengar hinaan dari orang kaya tersebut, Jamil hanya bisa menangis. Kemudian secara spontan bapak Jamil berdiri sambil memukul meja. “Bapak Jangan sombong, jangan mentang-mentang bapak kaya bisa menghina saya seenaknya sendiri. Saya punya harga diri pak, walaupun saya miskin. Dan perlu bapak ketahui, tanah saya masih luas. Permisi…!!!”.
Jamil dan bapaknya pun meninggalkan rumah orang kaya tersebut dengan menggunakan sepeda. Di tengah perjalanan, Jamil bertanya kepada bapaknya, “Pak, tadi bapak bilang kalau tanah kita masih luas. Tanah yang mana Pak?” Sambil mengayuh sepeda bapak Jamil menjawab, “Itu tanah milik pulau Jawa Mil”. Mendengar jawaban bapaknya, Jamil marah sambil menangis dan memukuli bapaknya dari belakang. “Pak, mengapa bapak bohong? Mengapa Bapakbohong? Jamil tidak suka bapak bohong. Padahal selama ini bapak selalu mengajari Jamil untuk tidak bohong. Mengapa Bapak bohong?” Berulang kali Jamil memukuli bapaknya, dan akirnya bapak Jamil menghentikan sepedanya, turun dan kemudian memeluk Jamil. “Mil, baru kali ini bapak dihina di depan anak bapak. Bapak malu Mil, Bapak malu. Bapak harus menjaga harga diri keluarga Mil”. “Kamu harus menjadi Insinyur pertanian Mil, supaya tidak dihina seperti bapak sekarang”. Itu merupakan pelukan bapak Jamil yang tidak pernah Jamil lupakan sampai sekarang.
Jamil pun bisa kuliah di IPB berkat uang pinjaman dari salah satu saudara. Selama kuliah, Jamil berwirausaha untuk menambah biaya kuliahnya. Karena uang yang dikirim pertama oleh bapaknya lewat wesel hanya Rp. 25.000,00. Itupun disuruh bapaknya untuk menggunakan selama 6 bulan,Padahal teman-temanya mendapat kiriman Rp. 40.000,00 sampai Rp. 120.000,00 per bulan.
Akhirnya Jamil pun berhasil menjadi Insinyur Pertanian sesuai cita-citanya. Sekarang beliau menjadi orang yang sukses, selain menjadi Insinyur pertanian, beliau juga menjadi Trainer, Inspirator, dan Pebisnis. Belajar dari pengalaman hidupnya bahwa beliau bisa putus dari rantai kemiskinan berkat pendidikan dan wirausaha, akhirnya beliau mendirikan sekolah dan pesantren bersama kakaknya. Bersama kakaknya, beliau mendirikan sekolah di Lampung untuk jenjang SMP – SMA, dan gratis bagi yang miskin. Selain itu, mereka juga mendirikan pesantren, yaitu Pesantren Wirausaha di Klaten Jawa, Tengah. Itupun juga gratis bagi yang miskin.
Di akhir acara Kick Andy, Ir. Jamil Azaini memberikan 2 pesan kepada pemirsa di studio maupun di rumah. Pertama, untuk orang-orang yang pernah di bully: “Orang-orang yang hebat tidak pernah terlahir dari orang yang tidak pernah mendapat cobaan dan ujian. Maka dari itu, jika kita di bully, dihina, disiksa. Itu petanda kalauanda akan menjadi orang yang hebat dengan catatan SABAR”. Kedua, untuk orang tua: “Sebagai orang tua tugas kita bukan hanya sebagai produksi, bukan hanya melahirkan, sediakan telinga anda, sediakan pelukan anda, untuk mendengarkan keluh kesah anak anda”.
Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlali lah tanpa lelahsampai engkau meraihnya. Lirik lagu ini lah yang menggambarkan sosok Ir. Jamil Azaini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H