Mohon tunggu...
Vitri Widiantari
Vitri Widiantari Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Senyawa Kimia Etil P-Metoksisinamat (EPMS) Dalam Kencur, Bahan Dasar Pembuatan Tabir Surya, Apa Bisa?

14 Desember 2021   15:48 Diperbarui: 14 Desember 2021   15:52 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan adat istiadat, suku bangsa, dan budaya serta merupakan salah satu negara dengan penghasil rempah-rempah terbaik. Pada tahun 2020, Indonesia berada pada urutan ke-9 pemasok rempah-rempah terbesar di dunia. Nilai ekspor rempah-rempah yang berasal dari Indoneisa tercatat mencapai US$ 1,02 miliar atau sekitar Rp.14,59 triliun pada tahun 2020, yang mana nilai tersebut meningkat 24,27% dibandingkan pada tahun 2019 yaitu sebesar US$ 825,55 juta (Mutia, 2021). Rempah-rempah merupakan bagian tumbuh-tumbuhan yang memiliki aroma dan rasa yang kuat biasanya digunakan dalam jumlah tertentu sebagai pengawet alami atau perisa dalam makanan. Rempah-rempah terdiri dari lengkuas, jahe, kunyit, kencur, pala, andaliman, ketumbar, temu kunci, kemiri, merica, kapulaga, daun salam, asam jawa, dan serai. Bali, salah satu provinsi yang ada di Indonesia tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya saja, tetapi juga dikenal dengan berbagai aneka kuliner yang memiliki ciri khas tertentu seperti rasa bumbunya yang kuat. Beberapa kuliner khas bali diantaranya lawar, babi guling, ayam betutu, jukut ares, sate lilit, dan lain-lain. Kuliner tersebut dalam pembuatannya menggunakan bumbu rempah-rempah lengkap atau yang biasa disebut sebagai Base Genep. Basa Genep ini terdiri dari 15 jenis bumbu dan rempah-rempah. Kencur, jahe, isen, dan kunyit merupakan 4 komponen utama yang harus ada dalam Basa Genep. Nah, keempat komponen rempah-rempah ini mempunyai makna filosofi yaitu isen dalam budaya bali menjadi perawakilan arah Selatan yang merupakan symbol keberadaan Dewa Brahma, kunyit memiliki warna kuning terletak di arah Barat yang merupakan wakil dari Dewa Mahadewa, jahe dengan warna hitam yang terletak di arah Utara merupakan symbol Dewa Wisnu, dan cekuh yang memiliki warna putih merupakan representasi dari Dewa Iswara.

Indonesia merupakan negara tropis sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup. Paparan sinar matahari dalam jumlah yang cukup memang baik untuk Kesehatan, namun apabila terkena paparan sinar matahari secara berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh dan kulit. Secara alami, kulit mempunyai efek perlindungan terhadap sengatan matahari yaitu dengan penebalan stratum corneum dan pigmintasi kulit. Apabila kulit terpapar sinar matahari secara berlebihan maka jaringan epidermis kulit tidak mampu melawan efek negatif tersebut, sehingga diperlukan suatu perlindungan baik secara fisik yaitu menutupi tubuh dengan payung, pakaian tertutup, dan jaket maupun secara kimia dengan menggunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan. Tabir surya adalah suatu ramuan berupa lotion, gel, foam, ataupun produk topical lainnya yang berfungsi sebagai penghalang paparan sinar matahari yang tentunya dapat merusak kulit.  Tabir surya dapat menghindari dan memantulkan sinar radiasi ultraviolet (UV) yang berasal dari matahari. Mekanisme kerja tabir surya terdiri dari mekanisme fisika dan mekanisme kimia. Meknisme fisika bekerja dengan cara pembelokan radiasi sinar UV secara fisik, sedangkan mekanisme kimia bekerja dengan cara menyerap sinar UV. Namun sayangnya, tabir surya atau sunscreen yang beredar dipasaran saat ini lebih banyak memiliki kandungan kimia sintesis yang mana penggunaannya dapat mengakibatkan efek samping yang berbahaya. Nah, setelah dikaji lebih lanjut ternyata terdapat bahan alam di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan tabir surya. Salah satunya adalah kencur.

Kencur dengan nama ilmiah Kaempferia galanga merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan tumbuh subur diberbagai pelosok yang ada di Indonesia baik sebagai tanaman yang dipelihara maupun dibudidayakan. Tanaman Kencur memiliki ciri-ciri batang berbentuk basal dengan ukuran kurang lebih 20 cm dengan daun bewarna hijau berbentuk tunggal dimana pinggir daunnya bewarna merah kecoklatan. Bentuk daun kencur menjorong lebar dan ada pula yang berbentuk bundar. Daun kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk serta tepi daun rata. Tangkai daun kencur yang sedikit pendek dengan ukuran berkisar antara 3-10 cm mempunyai panjang rentangan 2-4 cm dan bewarna putih. Kencur memiliki daun yang berjumlah tidak lebih dari 2-3 helai yang bersusun secara berhadapan (Haryudin, 2016). Bunga kencur berbentuk seperti terompet dengan panjang 3-5 cm. Selain itu, pada kencur terdapat rimpang yang berukuran pendek dengan bentuk seperti jari tumpul. Rimpang kencur ini memiliki warna coklat dan pada bagian kulit rimpangnya memiliki warna coklat mengkilat dengan bau yang khas (Ibrahim, 1999).

Kencur selain sebagai bumbu rempah-rempah yang berperan kuat dalam rasa pada makanan, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tabir surya. Rimpang dari tanaman kencur mengandung beberapa senyawa seperti minyak asiri dengan persentase 2,54%, etilsinamat, sinamaldehid, eukaliptol, kaemferol, asam metil-p-kumarat etil ester dan etil-p-metoksisinamat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Liu pada tahun 2014, rimpang kencur memiliki kadar etil-p-metoksisinamat sebesar 38,6%. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Huang pada tahun 2018 menunjukkan bahwa hasil analisa yang dilakukan menggunakan alat SPME-GC-MS pada ekstrak n-heksana rimpang tanaman kencur mengandung kadar etil p-metoksisinamat sebesar 46%. Senyawa etil-p-metoksisinamat (EPMS) ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa para peneliti diketahui bahwa terdapat berbagai bioaktivitas diantaranya sebagai antijamur, antibakteri, dan antikanker.

Etil-p-metoksisinamat yang merupakan salah satu kandungan fitokimia utama dari rimpang tanaman kencur banyak digunakan sebagai obat herbal, insektisida, makanan, bahkan kosmetika. Pada produk kosmetika, etil p-metoksisinamat ini digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tabir surya karena kemampuannya dalam menyerap sinar UV yang berasal dari matahari. Etil p-metoksisinamat (EPMS) termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena, gugus metoksi dan gugus karbonil yang mengikat etil sehingga dalam proses ekstraksinya dapat digunakan pelarut-pelarut dengan variasi kepolaran tertentu seperti etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Etil p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan salah satu komponen penting sebagai bahan dasar pembuatan tabir surya dapat diisolasi menggunakan metode soxhletasi dengan langkah kerja sebagai berikut.

Pertama alat dan bahan disiapkan sebelum mengisolasi kandungan EPMS yang terkandung di dalam kencur. Selanjutnya, kencur kering yang sudah digerus sebanyak kurang lebih 100 gram dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor Soxhlet.  Setelah itu, ke dalam labu dasar bulat dimasukkan sebanyak 250 mL petroleum eter dan beberapa butir batu didih. Kemudian dipasangkan alat Soxhlet yang dilengkapi dengan pendingin refluks. Selanjutnya, petroleum eter yang terdapat di dalam labu dasar bulat dipanaskan secara perlahan-lahan, hingga petroleum eter mendidih yang mana uapnya akan masuk ke dalam ruang pendingin refluks dan menetes menimpa sampel kencur yang terdapat di dalam ruang ekstraktor Soxhlet. Dalam hal ini Proses ekstraksi dilakukan secara kontinyu selama 3 jam. Proses ekstraksi dihentikan setelah 3 jam, didinginkan, disaring, dan dipekatkan dengan cara pelarutnya diuapkan dengan alat evavoratory vacuum hingga volumenya menjadi 50 mL. Langkah selanjutnya, residu yang terbentuk kemudian didinginkan di dalam penangas es sampai terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk dipisahkan dari pelarutnya dan direkristalisasi dengan etanol sehingga diperoleh kristal etil p-metoksisinamat (EPMS) murni dengan titik leleh 46-49 derajat Celsius.

Kulit merupakan organ tubuh terbesar manusia. Secara anatomis, kulit berada pada batas antara tubuh dan lingkungan yang mempunyai fungsi sebagai pelindung. Maka dari itu, kulit sangat mudah terkena berbagai penyakit seperti eksim, campak, kusta, hingga penyakit kulit yang paling ekstrim yaitu kanker kulit. Penyebab terjadinya Kanker kulit diduga berasal dari paparan sinar UV dari matahari secara terus-menerus sehingga menyebabkan sel-sel kulit menjadi rusak dan menimbulkan kanker kulit. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu upaya untuk mengurangi paparan sinar matahari salah satunya menggunakan tabir surya dengan formulasi kimia yang tidak berbahaya. Senyawa-senyawa yang terdapat pada tabir surya merupakan senyawa yang dapat melindungi kulit dari bahaya UV-A dan UV-B. Apabila kulit terkena paparan sinar UV-A, maka sel-sel kulit akan rusak dan memicu timbulnya flek-flek hitam sedangkan apabila terkena paparan sinar UV-B maka permukaan kulit akan rusak akibat terbakar oleh sinar UV-B. Oleh karena itu, tabir surya dengan bahan kimia herbal diperlukan agar terhindar dari paparan sinar UV-A dan UV-B serta aman bagi kulit akibat kandungan herbalnya yang aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun