Mohon tunggu...
Vitriola Rachmawati
Vitriola Rachmawati Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura vitriolarachma@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uti Syahrir: Bang Sanontang Bijak Bersyair

23 Juni 2016   15:00 Diperbarui: 23 Juni 2016   15:11 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20160504-193459kk-576b6f90c923bdaf04e2ddd2.jpg
20160504-193459kk-576b6f90c923bdaf04e2ddd2.jpg
H. Uti Syahrir lahir di Sintang pada 17 Agustus 1948, tepat pada perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke -3, beliau juga merupakan Kerabat Keraton Al-Mukarramah Sintang. Beliau memiliki istri yang bernama Hj. Nurhayati, mereka dikaruniai oleh 4 orang anak dan kini telah memiliki 11 orang cucu. 

Beliau merupakan pensiunan pegawai pemda di Kabupaten Sintang, bertempat tinggal di Jalan Bintara yang merupakan daerah Keraton Istana Al-Muakarramah Sintang atau biasanya disebut dengan daerah Menyumbung ataupun Kampung Raja. Walaupun hanya lulusan SMP namun beliau memiliki pikiran yang terbuka dan wawasan yang luas karena beliau tipikal orang yang mudah bergaul dan berteman dengan siapa saja.

Sejak usia muda beliau telah menggeluti bidang seni dan budaya yang menjadi hobi dan kecintaannya yang sekaligus melestarikan budaya-budaya daerah Sintang yang seiring waktu tergerus oleh zaman. Saat muda beliau merupakan pengurus aktif dari Sanggar Sultan Nata (Sanggar Keraton Sintang) dan Sanggar Bukit Kelam. Kegiatan aktif beliau saat ini yaitu pada bidang seni dan budaya, pengurus Lembaga Lanjut Usia Kabupaten Sintang, sebagai Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Sintang, dan pengurus Ikatan Persaudaran Haji Kabupaten Sintang.

Saat ditanyai tentang pencapaian terbesarnya beliau menjawab “Pementasan Seni dan Budaya”, hal ini menunjukkan betapa kecintaannya terhadap bidang yang digelutinya sejak muda tersebut. Tercatat beliau pernah mengikuti Festival Budaya Khatulisiwa tahun 1993 di Pontianak, mendampingi Sultan Sintang dalam acara Festival Adat Mandi-mandi Pengantin di Pontianak pada tahun 2008. 

Beliau juga pernah menghadiri pertemuan Lembaga Adat Melayu se-Asean di Bengkalis, Batam pada tahun 2005. Menjadi tim penjemput patung burung garuda yang merupakan lambang Kesultanan Sintang yang memiliki kaitan dengan rancangan lambang Negara kita saat ini. Dan yang terbaru yaitu menghadiri pameran kebudayaan yang berlangsung di Bandung pada tahun 2013 mendampingi Sultan Sintang, dan masih banyak lagi acara-acara kebudayaan yang telah dihadiri oleh beliau.

Beliau juga merupakan seorang seniman yang sangat total dalam berkarya, beliau merupakan seniman pengarang syair yang terkemuka di Kabuaten Sintang. Syair adalah salah satu jenis puisi, kata “syair” berasal dari bahasa Arab “syu’ur” yang berarti perasaan. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Syair juga merupakan jenis puisi namun cara membacanya berbeda dengan puisi, pembacaan syair dilakukan dengan iringan musik tradisional Melayu dan dengan cara dilagukan.

Dengan menggunakan nama “Bang Sanontang” beliau telah banyak menelurkan karya-karya syair yang sangat indah dan berkesan. Salahsatu karya syair beliau yang dibukukan yaitu “BUMI SENENTANG, NEGERI BERSYAIR” yang dibuat sebagai kenang-kenangan untuk Bupati dan Wakil Bupati Sintang periode 2005-2010 yaitu Bapak Drs.Milton Crosby, M.Si dan Bapak dr.Djarot Winarno, M.Med.Ph. dengan untaian kata-kata yang indah, lugas sekaligus menggelitik penikmatnya dengan judul “KARYA DALAM SYAIR”.

Dikutip dari buku tersebut pada kata pengantar dari Kepala Bapedda Kabupaten Sintang Drs.H. Mas’ud Nawawi, Tulisan H. Uti Syahrir dengan judul “BUMI SENENTANG, NEGERI BERSYAIR” merupakan manifestasi kecintaannya terhadap upaya pelestarian seni “bersyair” atau “pantun” yang ada dan berkembang dalam masyarakat Kabupaten Sintang.

Tulisan beliau tersebut berisi ungkapan terimakasih dan kenang-kenangan kepada Bupati dan Wakil Bupati, tanggapan-tanggapan beliau terhadap perencanaan dan hasil-hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan, serta harapan-harapan dan pandangan beliau terhadap proses penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten Sintang pada masa-masa yang akan datang. 

Beliau juga memiliki dua buku karangan yang dicetak dan diterbitkan oleh Pemda Kabupaten Sintang yang berjudul “WISATA SINTANG” dan “SINTANG MENGUNDANG”, yang isinya berusaha menarik perhatian wisatawan dengan memperkenalkan dan menyebarluaskan kebudayaan-kebudayaan di Kabupaten Sintang.

Selain pengabdian beliau kepada seni dan budaya, ada pula hal menarik yang menjadi cikal bakal penulisan kisah beliau ini. Yaitu kebijaksanaan, kebaikan, dan kemurah hatian beliau yang selalu beliau terapkan kepada semua orang. Saat ditanyai prinsip hidupnya beliau mengatakan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun