Luruh hujan membasahi malam
tiada henti gelisah memicu jiwa
dan mata sayu menatap langit
di persimpangan kita pun terkapar
Apa yang bisa dibangkitkan
dengan ketidakberdayaan ini
mungkinkah doa-doa jengah
disapu hujan hingga tanah menelannya
entah, kemana kita harus berpijak
musim telah mengingkari kesombongan kita
entah mengapa zaman telah pergi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!