sehimpun kata melekat
pada bibirmu yang tak pernah bergincu
entah kenapa kesederhanaanmu
mengalir begitu saja
hingga aku tersadar dengan segala kekalahanku selama ini
lisanku seperti malaikat tanpa dosa
engkau telah menyadarkan bibirku yang penuh nista
penuh beralaskan kemunafikan
seperti buku yang berbaris pada rak ingatan
dan itu membuat orang lebih menjunjung keniscayaan sebuah kehormatan
terjebak dalam poligami kata
tanpa pernah terlahir dari rahim suci
aku, kamu atau siapa saja terjebak dalam kebodohan aksara
setiap hari kita mendengarnya
orang desa dan orang kota
entah mengapa hingga mataku
seakan ingin menikam aksara jalang ini
menuangkannya dalam cawan puisi
dan membakar dengan panas yang lebih panas dari matahari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H