Bagi tokoh agama di Indonesia Din Syamsudin, sosok Ahok tidak masuk dalam kriteria bagi Jakarta menurut hati nurani beliau. Berita yang ditampilkan pada situs-situs berita ini menarik untuk dibaca dan dicermati. Dugaan korupsi untuk kasus sumber waras pun diutarakan Ketua Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Ahok tentu berhasil dalam membangun Jakarta, namun hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Din Syamsudin.
Kriteria menjadi pemimpin dalam pandangan Din Syamsudin tidak dapat ditawar-tawar. Dalam acara di salah satu stasiun televisi, beliau mengharapakan pemimpin publik tidak mencampuri agama urusan pekerjaan. Kemungkinan hal inilah yang membuat pernyataan Din Syamsudin, bahwa Ahok sebagai perusak kerukunan umat beragama bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Pendeta saya pun mengingatkan bahwa jika kita salah menafsirkan satu ayat dalam Alkitab, maka itu akan berbahaya. Menurut saya pun Ahok memang tidak pantas menelaah ayat kitab suci Muslim yang bukan diimaninya. Ahok pun salah langkah dalam catur hidupnya. Kriteria sebagai pemecah masalah yang diinginkan sosok Din Syamsudin.
Teka-teki Tersembunyi
Isu Agama masih menjadi hal yang dapat merusak persatuan di Indonesia. Pendidikan informal mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Din Syamsudin pun beranggapan Ahok sebagai problem maker. Salah satu kriteria yang diinginkan Din adalah pemimpin yang dapat memecahkan masalah, bukan sebagai pemecah. Kalau saya cermati ini seperti Donald Trump yang dikenal sebagai anti muslim,rasis dan fanatik. Kecaman media - media ada dengan kejujuran yang tersedia. Namun, bagaimana masyarakat berpikir lurus untuk sebuah jawaban dan teka-teki yang tersembunyi.
Trump dan Ahok adalah calon pemimpin yang akan datang. Trump ingin mengetahui pandangan masyarakat Amerika mengenai dirinya. Media pun menyambut Trump sebagai anti-muslim melalui narasumber-narasumber. Kebetulan, Ahok pun dinilai sebagai perusak persatuan dan kesatuan di mata Din Syamsudin. Kecaman pun bermunculan di media sosial, masyarakat banyak menghakimi akibat perbuatan Ahok.Â
Sikap positif dan berpikir kritis terhadap situasi seperti ini perlu dimiliki masyarakat. Bagaimana masyarakat membaca calon pemimpin?bisa-bisa kita yang dibaca pemimpin kita sebagai masyarakat yang tidak toleran dan tidak dapat mengampuni.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H