Mohon tunggu...
Manuntun Aruan
Manuntun Aruan Mohon Tunggu... Jurnalis - Produser & Penyiar Am 738

http://manuntunaruan.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mufakat Diperlukan Sebagai Tujuan

21 November 2016   18:11 Diperbarui: 21 November 2016   18:23 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata mufakat saat ini menjadi hal yang seolah-olah sulit untuk menjadi pemahaman bagi beberapa orang. Keadaan yang memerlukan hasil yang mufakat mendapat banyak pertentangan dari sebagian orang. Bahkan demi kepentingan yang kalau dinilai secara keseluruhan dapat menjadikan mufakat itu sebagai boomerang.

Sejak zaman pra kemerdekaan kata mufakat sudah kita ketahui melalui tokoh-tokoh sejarah. Proklamasi kemerdekaan ataupun sumpah pemuda merupakan hasil bermufakat. Berbeda pendapat memang biasa dan dari perbedaan pendapat itu kita dapat belajar untuk menghargai orang lain.

Sekarang ini kata mufakat menjadi sebuah hal yang sulit dilakukan karena dengan adanya rasa menerima dan tidak menerima pada sebuah hasil keputusan atau minimnya pemahaman dari sebuah konsep atau materi yang ada. Sebuah permasalahan atau kasus yang terjadi dapat dijadikan sebagai peluang untuk survei masyarakat luas. Ada pihak yang pro dan ada pihak yang kontra.

Pemahaman akan sebuah materi dapat menjadikan pilihan antar setuju atau tidak setuju. Pola pikir masyarakat dapat diketahui dari penilaian yang diberikan. Terkadang segala aspek dapat menjadikan manusia pesimis akan sebuah hal atau permasalahan. Namun, dalam keseluruhan aspek tersebut dapat menjadikan manusia lebih terbuka.

SIKAP & TUJUAN

Dalam mencapai mufakat, sikap dari setiap partisipan mempengaruhi kondisi atau keadaan. Dari beragamnya sikap dan sifat dari tiap partisipan dapat membuat suasana menjadi konflik ataupun damai. Hal ini pun tidak dapat memaksa suatu keadaan untuk tidak mencapai mufakat.

Pesan dari tiap partisipan dapat memancing perilaku negatif, namun dalam kondisi seperti ini pengolahan dari setiap informasi yang masuk dijadikan pertimbangan untuk kembali berperilaku positif. Perilaku positif ini dimulai dari pemikiran positif.

Tindakan untuk selalu positif akan membuat partisipan dalam keadaan musyawarah dapat menentukan hasil bersama. Masyarakat luas dapat belajar kembali dari tokoh-tokoh perjuangan zaman kemerdekaan sebagai renungan kembali akan keberhasilan dari mufakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun