Mohon tunggu...
Vitiara Anggita
Vitiara Anggita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Fenomena Pedagang FOMO: Jebakan Tren yang Menggoda

23 November 2024   21:41 Diperbarui: 24 November 2024   13:10 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

FOMO atau Fear of Missing Out adalah rasa takut merasa "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.

Salah satu penyebab FOMO yaitu penggunaan media sosial (Ellynda Kusuma Anggraeni, djkn.kemenkeu.go.id). Saat ini, media sosial bukan hanya menjadi sarana hiburan dan sumber informasi, melainkan juga sebagai wadah promosi untuk menawarkan barang atau jasa yang dijual. Pun ada beberapa orang yang memakai media sosial untuk mencari ide atau peluang usaha yang baru.

Pastinya kalian tidak asing dengan orang yang FOMO dengan membeli atau memakai sesuatu yang sedang tren atau viral. Tapi apa kalian pernah berpikiran bahwa bukan hanya konsumen saja loh yang bisa FOMO? Melainkan para pedagang juga.

Salah satu contohnya adalah usaha kuliner, Mi Gacoan. Tentunya kita sudah tidak asing dengan usaha kuliner mi pedas yang satu ini. Usaha yang sudah berdiri sejak tahun 2016 di Malang ini menawarkan makanan mi dengan berbagai macam level kepedasan, selain itu mereka juga menawarkan berbagai macam hidangan pendamping juga minuman dengan harga yang terjangkau dan rasanya pun yang lezat. 

Agaknya kita tidak pernah mendengar outlet Mi Gacoan yang sudah memiliki banyak cabang di berbagai kota ini sepi pembeli, hal ini lah yang menjadikan pedagang lain tertarik untuk meniru berjualan makanan pedas yang satu ini.

Di kota Madiun sendiri, sudah tidak terhitung ada berapa banyak pedagang yang meniru berjualan mi pedas ini. Dan bahkan bukan hanya meniru menu mi pedasnya saja, tapi juga semua menu bahkan hingga konsep restorannya sendiri.

Berjualan barang yang sedang tren memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif-nya antara lain:

  • Barang yang dijual tidak bervariasi. Hal ini dapat membuat konsumen merasa jenuh karena terus-menerus melihat barang yang sama. Tentunya hal ini membuat para konsumen akan membandingkan satu produk dengan produk lainnya dan cenderung akan memilih harga yang lebih murah.
  • Kehilangan Identitas Unik. Pedagang yang hanya mengikuti tren sulit membangun identitas merk atau loyalitas pelanggan. Konsumen cenderung memilih produk berdasarkan harga termurah atau faktor lain, bukan karena kepercayaan pada pedagang tertentu.
  • Risiko Produk tidak laku. Jika tren tiba-tiba berakhir, stok barang mungkin sulit terjual, menyebabkan kerugian finansial.  
  • Ketergantungan pada Tren. Bergantung pada tren dapat membuat bisnis tidak stabil karena pedagang terus berganti produk tanpa strategi jangka panjang. 

Ada baiknya bagi kita sebelum membangun usaha memikirkan rencana bisnis, efek jangka panjang dan cara untuk membangun kepercayaan kepada konsumen. Walau begitu, berjualan mengikuti tren bisa dilakukan juga bagi mereka yang ingin mencari untung secepatnya.

Berikut beberapa dampak positif dari berjualan barang yang sedang tren, di antaranya adalah:

  • Peluang Keuntungan Cepat. Jika tren masih panas dan permintaan tinggi, pedagang dapat meraup keuntungan dalam waktu singkat. 
  • Kemudahan Pemasaran. Produk yang sedang tren biasanya lebih mudah dipasarkan karena konsumen sudah mengenal dan mencarinya. 
  • Belajar Dinamika Pasar. Mengikuti tren dapat memberikan wawasan tentang preferensi konsumen dan pola pasar, yang berguna untuk strategi bisnis di masa depan. 

Berikut beberapa cara untuk mengatasi dampak negatif yang telah disebutkan di atas:

  • Lakukan Riset Pasar. Sebelum menjual produk, pastikan ada permintaan yang stabil dan evaluasi tingkat persaingan. 
  • Tawarkan Nilai Tambah. Modifikasi produk atau layanan agar berbeda dari pesaing. Misalnya, tambahkan variasi, layanan pelanggan yang unggul, atau pengemasan yang menarik.
  • Diversifikasi Produk. Jangan hanya bergantung pada satu tren; siapkan produk lain untuk menjaga kestabilan bisnis. 
  • Fokus pada Target Pasar. Pahami kebutuhan pelanggan tertentu dan sesuaikan produk dengan preferensi mereka, daripada hanya mengejar tren umum.

Mengikuti tren itu sah-sah saja, tetapi penting untuk memiliki strategi yang matang agar bisnis tetap bertahan di tengah persaingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun