Semakin canggih teknologi, semakin maju generasi bangsa. Inilah yang saya lihat dan amati selama ini di sekitar saya. Kalau dulu jaman saya masih kecil bermain boy-boyan (melemparkan bola tenis ke arah tumpukan batu), sembunyi-sembunyian, dan maksimal pun bermain PS 1 atau PS 2, anak kecil jaman sekarang sudah berbeda jauh.
Di depan rumah saya ada sebuah lapangan kecil, dan (masih) pada jaman saya kecil pasti selalu ramai anak-anak bermain. Tapi sekarang............sepi. Kenyataan yang saya lihat, paling dekat adalah keponakan saya sendiri. Jarang sekali bermain dengan teman seumurannya, melainkan sibuk bermain game yang ada di laptopnya. Ya, LAPTOPnya. Milik keponakan saya yang masih berusia 3 tahun. Seperti yang ia lakukan lagi pagi ini.
Meskipun tidak pernah memenangkan game yang dimainkannya (dan karena dia sendiri juga malah senang ketika dia kalah), keponakan saya sudah mengerti game tersebut dengan baik. Maksudnya, dia sudah tahu ini game apa, itu game apa, bagaimana memulainya, persiapannya, hingga keluar dari game tersebut.
Saya sendiri pernah diberitahu teman saya bahwa bayi kenalannya yang masih berusia 8 bulan bahkan sudah memiliki iPad. Ehm, oke. Bahkan saya tidak punya.
Saya tidak tahu bagaimana akibatnya jika sejak kecil mereka sudah bergaul dengan teknologi canggih itu. Semoga saja teknologi-teknologi itu tidak menjadikan mereka makhluk antisosial.
[caption id="attachment_197692" align="alignnone" width="450" caption="keponakan saya sedang bermain game di laptopnya"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H