Untuk kamu yang sudah sejauh ini menjadi penyejukku. Terimakasih atas segala bahagianya, terimakasih untuk tetap ada membersamaiku. Aku mungkin tidak sempurna. Tapi karenamu aku bisa hampir ditahap itu.
Maafkan segala sikap cerewetku, kekanak-kanakanku. Aku seharusnya tidak seperti itu, tidak membuatmu kesal setiap kali aku cemburu karena waktumu yang sedikit untuk sekedarnya buatku. Mungkin aku banyak meminta, banyak mengeluh, banyak tidak tahunya. Aku mungkin saja tidak peka ketika rindu menghantam seluruh hatimu. Ketika kamu ingin sekali ada aku disana. Jarak, jarak diantara kita yang seharusnya membuat kita paham. Bahwa bertemu dengan waktu yang sebentar itu begitu penting. Tahukah kamu? aku selalu menunggu hari seni sampai jum'at bisa cepat berlalu. Agar aku bisa secepatnya bertemu denganmu, melihat senyummu. Melihat betapa semesta amat begitu baik. Mengirim kamu untuk menyeka segala kesedihanku. Membuatku kuat, ketika aku hanya ingin menyerah dengan keadaan. Kamu hampir membuat duniaku seindah firdaus. Meski kita berjauhan, meski kita berjarak. Percayalah, doa akan sampai kepada yang dituju. Memelukmu sekaligus dengan itu. Sekali lagi, aku mungkin bukan perempuan sempurna buatmu. Tapi aku adalah perempuan yang seapa adanya. Yang kadang bisa jadi orang paling menyebalkan. Buatku kamu lebih dari pada bahagia yang ku punya. Buatku, kamu lebih hangat daripada senja. Lebih menarik dari malam bertabur bintang. Tetap disini, dihatiku. Tetap disini, dimimpi dan harapan kita.  Terimakasih semesta telah memberiku dia untuk selalu ada.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H