Mohon tunggu...
Vita Harjanti
Vita Harjanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salatiga Kampanye Aib? Jual Produk Berpikirlah Positif

17 Januari 2017   15:35 Diperbarui: 17 Januari 2017   18:56 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pilkada 15 Februari 2017, masyarakat Salatiga mulai ikut-ikutan sibuk mengkalkulasi kekuatan para pasangan kandidat, menganalisa issu dan jargon yang diangkat oleh masing-masing calon, mereka akan menentukan siapa pilihannya pada pertengahan bulan Februari 2017.

Jargon yang mengemukatahun 2016 pada alat publikasi masing-masing calon banyak terpampang pada beberapa sudut jalan, seperti ijon proyek, pasar mangkrak, pasar tradisional terlunta-lunta, mboten korupsi, mboten ngapusi, mboten mbagusi, mboten neko-neko dan gumbregah diangkat oleh Rudal. Terbukti Salatiga kondusif, menjaga toleransi, santun dan lanjutkan diangkat oleh Yaris. Masyarakat ada yang mengartikan jargon itu sindiran, kritikan dan komitmen. Mboten ngapusi, mboten korupsi, lanjutkan, santun, menjaga toleransi dan terbukti kondusif diartikan sebagai komitmen, ijon proyek, pasar mangkrak,pasar terlunta-lunta, mboten mbagusi diartikan sebagai bahasa sindiran dan kritikan. Gumbregah diartikan komitmen dan sindiran. Gumbregahnya Salatiga menurut para sesepuh sebenarnya sudah lama, sejak jamannya Pak Giman menjabat Walikota Salatiga.

Yang menarik dalam pilkada Salatiga, Yulianto mantan walikota, Haris mantan wakil walikota dan Rudianto mantan sekda,tiga penguasa maju mencalonkan diri ingin memimpin Salatiga ke depan. Yuli dan Haris tetap dalam satu Yaris, sementara Rudi dipasangkan dengan Dance dari PDI Perjuangan dalam satu Rudal. Majunya mereka ternyata membuat sedikit bingung sebagian ASN dilingkungan Pemkot Salatiga. Ya, sedikit bingung karena tidak ada calon alternatif lainnya, mereka mengetahui rekam jejakmasing-masingcalon. Banyak ASN yang menghendaki adanya tiga pasangan calon, namun harus mau menerimakenyataan yang ada, hanya dua pasangan yang maju pilkada.

Netralitas birokrasi merupakan hal yang esensial, netralitas itu nampak dari sikap diam para birokrat, mereka tidak ikut terjun melakukan kampanye, namun secara diam-diam masing-masing PNS mempunyai pandangan siapa yang akan dipilihnya bulan Februari yang akan datang.

Kampanye aib?

KPU Salatiga melarang adanya kampanye hitam, beberapa lokasi strategis terpampang spanduk mengingatkan kepada para kontestan, sementara pada lokasi strategis lainnya KPK mengingatkan untuk memilih calon walikota yang bersih. Himbauan ini sempat menimbulkan pertanyaan bagi sebagian warga Salatiga. Siapa yang bersih diantara mereka ?.

Menjelang tutup tahun 2016 pada diskusi kelompok kecil di rumah joglo terungkap, seorang peserta yang saat ini masih belajar ilmu komunikasi mengemukakan, kampanye hitam dilarang, tapi kampanye aib menyebar, seperti ijon proyek, pasar tradisional terlunta-lunta yang diangkat oleh Rudi-Dance bisa jadi itu menyindir pemerintahan terdahulu.

Dikemukakan pula, sebaiknya Rudi-Dance tidak mengangkat jargon yang bernada negatif seperti itu, yang positif-positif pada dirinya lah yang perlu diangkat, prestasi yang ada padanya yang perlu diinformasikan kepada publik, buka luka orang lain. Apakah Rudi-Dance tidak punya prestasi ?. Pasti punya, walaupun selama menjadi PNS, Rudi tidak nampak menonjol prestasinya, sekecil apapun pasti punya prestasi. Jargon positif itu bisa berbunyi seperti ini “Rudi jadi Pj Walikota, perizinan cepat dan tepat waktu, Jadi Walikota, Gratis” atau “Dance Ketua KONI, prestasi olahragawan meningkat”, jadi untuk mengangkat nama calonnya tidak mesti harus menjelek-jelekkan lawannya, angkat sisi prestasi terkecil calon untuk dipublikasikan.

Terlepas konsep itu dibuat oleh konsultan atau dibuat sendiri oleh calon, jargon negatif menunjukkan yang membuat konsep kurang dewasa, emosional, mudah memaksakan kehendak, ngototan, mudah menilai negatif orang lain, tidak mampu melihat tengkuknya sendiri. Atau konseptornya tidak pernah mengamati track recordcalonnya atau calon sendiri merasa bersih, tidak pernah merasa mempunyai cela, gajah didepan mata tak nampak, kuman disebarang lautan nampak, mudah melihat aib orang lain, tidak mampu melihat aib sendiri. Jargon itu dapat berakibat menjadi bumerang bagi pasangan Rudi-Dance, bisa terjadi saling balas-membalas oleh para pendukungnya. Malah aib yang selama ini tertutupi akan terbuka.

Dugaan itu pun terbukti, dalam sosmed ada yang mempertanyakan keberadaan istri Yulianto, yang masih mendekam di LP, dibalas oleh simpatisan Yaris, dengan mengunggah kata-kata ditujukan kepada Rudal “tega makan istri teman sendiri”. Terbukalah aib itu yang semula publik tidak mengetahui. Inilah dampak dari publikasi komunikasi negatif. Ada asap tentunya sebelumnya ada api.

Dari bahasa ilmu komunikasi jargon Rudi-Dance tidak tepat sebagai alat publikasi, tidak ada unsur mendidik bagi masyarakat, komunikasi searah yang tidak sehat, tidak komunikatif, belum genjatan sejata sudah menyerang lawan, takut kalah sebelum bertanding, tidak sekedar menyakiti lawan, tetapi juga menyakiti pembacanya. Dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemui orang yang bermaksud ingin membela diri, tetapi malah justru menjerumuskan diri sendiri karena terlalu menjelek-jelekkan lawannya, sementara lawannya diam dan terus memperbaiki kekurangannya. Saat ini masih ada waktu, belum terlambat untuk menghilangkan dan memperbaiki jargon negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun