Memutuskan melaksanakan ibadah wajib bagi mahasiswa semester tua, guna sebagai syarat untuk lulus dari perguruan tinggi. Selain menulis skripsi, menjalankan Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Pembelajaran Masyarakat juga sebagai sebuah kewajiban.
Berangkatlah aku ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tergabung dengan sub-unit yang ditempatkan di Kecamatan Alok Barat, Kelurahan Wolomarang untuk 50 Hari kedepan.Â
Dengan segala perbekalan bertahan hidup dan tema permasalahan yang diberikan, aku merasa cukup percaya diri untuk turun ke lapangan. Namun, siapa sangka ketika aku terjun langsung ke lapangan semua perbekalan ku, banyak yang tak terpakai, karena dihadapkan dengan problema sosial yang jauh berbeda dibanding di pikiranku sendiri.
Konflik batin akibat beban moral yang diterima, berhasil melahap diriku hingga menjadi butiran abu. Iya, aku merasa kecil dan ciut, aku merasa problema sosial ini jauh lebih besar dari kapasitas diriku untuk bisa melakukan sesuatu.
Pada kesempatan ini aku akan menceritakan mengenai kampung pesisir yang memiliki warna unik, kampung yang bersifat metropolitan karena 24/7 selalu dengan keadaan ramai. Aroma air laut dan hembusan sejuk udara laut, rasanya seperti di dunia yang berbeda ketika memasuki perkampungan ini.Â
Kampung wuring merupakan kampung bahari yang mayoritas dihuni oleh orang-orang Bajo dan Bugis yang beragama islam. Kampung Wuring terletak di arah barat laut kota maumere yaitu di kecamatan Alok Barat, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dan masih termasuk dalam daerah kelurahan Wolomarang.Â
"Anak-anak Bajo itu kalau di darat tidak hidup, mereka kalau jauh dari laut, sakit mereka."
Begitulah ungkapan dari salah satu warga Kampung Wuring yang berasal dari Suku Bajo. Laut dan anak anak merupakan dua variabel yang tak terpisahkan. Bagaimana tidak mereka lahir sudah tinggal di laut, sedari mereka kecil saat mereka sudah memiliki kesadaran terhadap dunia, orangtua mereka mengajak mereka turut turun ke laut, untuk berlayar mencari ikan.
Meskipun anak-anak kampung wuring sulit mengakses tanah lapang yang luas untuk bernain dengan teman-teman karena daratan yang mereka miliki hanya sepanjang lahan hasil reklamasi warga. Tapi hal itu, tidak membuat anak-anak berkecil hati. Menurut mereka, mereka memiliki tempat bermain yang lebih luas dari orang-orang darat,Yaitu samudera (Mario, 2021).