Mohon tunggu...
Viska Kemalasari
Viska Kemalasari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

astrophille

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah Alasan Gen Z Golput dalam Pemilu

2 Februari 2024   16:29 Diperbarui: 2 Februari 2024   16:31 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Salah satu faktor yang memengaruhi keputusan Golput adalah rasa ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada. Generasi Z cenderung mencari solusi inovatif dan mendesak perubahan yang substansial. Ketika mereka merasa bahwa pilihan yang ada tidak mencerminkan nilai-nilai atau aspirasi mereka, Golput bisa menjadi ekspresi protes yang kuat.

Selain itu, ketidakpercayaan terhadap penyebaran informasi yang tidak akurat di media sosial juga dapat mempengaruhi sikap Golput. Generasi Z, yang terbiasa dengan teknologi dan informasi, cenderung ragu terhadap narasi yang dihasilkan oleh sumber- sumber yang dianggap tidak dapat dipercaya.

Menurut Eep Saefulloh Fatah, seorang pakar politik Indonesia, golput teknis terjadi akibat suara Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak tersalurkan karena alasan-alasan teknis.

Di sisi lain, golput politis terjadi akibat DPT merasa tidak cocok dengan pilihan yang tersedia atau tidak percaya bahwa pemilu akan membawa perubahan.

Dari temuan survei UMN Consulting pada pemilu 2019, alasan teknis seperti berhalangan hadir karena alasan pribadi (35,9%), berada di luar wilayah DPT (23,08%), dan tidak/belum mendapatkan kartu pemilih (15,38%) berada di tiga urutan pertama.

Lain daripada itu, alasan politis dengan alasan tidak percaya bahwa pemilu bisa membawa perubahan ada di posisi keempat (12,82%) dan visi-misi paslon tidak sesuai dengan ideologi diri di posisi kelima (10,26%).

Dominannya golput teknis seharusnya dapat dihindari. Salah satu caranya, pemerintah atau pembuat kebijakan dapat mengantisipasi pemilih Gen Z yang melanjutkan studi atau bekerja ke luar kota bahkan pulau.

Mengutip data BPS, persentase migran masuk risen Provinsi DI Yogyakarta, yang terkenal sebagai kota pelajar, merupakan yang tertinggi kedua di Indonesia pada tahun 2019. Tahun yang sama dengan berlangsungnya pemilu sebelumnya.

Untuk mengatasi permasalahan itu, pemerintah perlu membekali Gen Z dengan pengetahuan mengenai situasi politik, sanksi yang berkaitan dengan golput, dan pemahaman yang kokoh tentang pentingnya bersikap partisipatif dalam Pemilu 2024.

Selain itu, penyelenggara pemilu khususnya KPU perlu mengembangkan sistem dan administrasi yang sesuai dengan kebutuhan anak muda untuk meminimalisir golput teknis. 

generasi Z golput dapat mencakup ketidakpuasan terhadap sistem politik, kurangnya representasi yang memadai, dan keengganan untuk terlibat dalam proses politik yang dianggap kompleks atau tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, faktor-faktor teknologi dan informasi yang cepat juga dapat memengaruhi pandangan mereka terhadap partisipasi pemilu ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun